Home / Identitas Kongregasi / Harapan Bapa Pendiri Kongregasi Frater BHK

Harapan Bapa Pendiri Kongregasi Frater BHK

Harapan Pendiri: “Aku membutuhkan seorang GURU, FRATER, dan GURU.”

Pengantar

Kongregasi Frater-Frater Bunda Hati Kudus terkenal dengan sebutan sebagai “Frater Pengajar” atau “Frater Guru”. Ini sejalan dengan harapan pendiri bahwa beliau mencari untuk Gereja lokal pria-pria yang cakap dan saleh, kaum religius yang bersedia membantu dalam pembentukan kaum muda (Konst. Psl 64). Ini berarti misi pelayanan kongregasi para Frater BHK terarah kepada dunia pendidikan dan pembentukan manusia secara universal. Suatu panggilan dan cita-cita yang selalu harus dikembangkan dalam situasi zaman apapun. Pesan Konstitusi pasal 64 di atas mengagaskan tiga elemen yang fundamental, antara lain: pria-pria yang cakap dan saleh (frater), kaum religius (biarawan) dan pembentukan kaum muda (tugas dari seorang guru).  Ketiga aspek ini akan diperdalam dalam pembahasan berikut ini untuk membuka cakrawala berpikir kita sekaligus menyentuh hakikat hidup kita sebagai seorang religius.

FRATER – Mengapa Dinamakan Frater

Mgr. Schaepman pendiri Kongregasi menyebut kongregasi yang didirikannya dengan sebutan “frater”. Sebutan ini berbeda dengan tarekat sebelumnya yang menamakan diri mereka dengan sebutan “bruder”. Sebutan “frater” memiliki nilai historis. Pendiri sepertinya Mgr. Zwijsen ingin menghidupkan kembali tradisi hidup sebuah komunitas pada abad 14 dan 15 yang juga menamakan diri dengan sebutan “frater”. Para anggota dari Broeders van het Gemene Leven (Bruder dari Kehidupan Kristiani Umum) yang dimulai oleh Geert Groote yang berjasa untuk pendidikan Katolik pada zaman reformasi. Kelompok ini sering dikenal dengan nama Fratres Vitae Communis dalam bahasa Latin. Kelompok ini tidak mengikrarkan kaul-kaul kebiaraaan jadi mereka bukan kelompok religius. Kelompok ini sewaktu masa kejayaannya banyak mengembangkan pendidikan di negeri Belanda khususnya di propinsi-propinsi Belanda bagian Utara. Biara terakhir dari persekutuan di Emmerik (perbatasan Jerman-Nederland) dibubarkan oleh Napoleon pada tahun 1812. Sejak itu eksistensi kelompok ini seakan hilang dari masyarakat Belanda waktu itu.

  • Frater-Frater Kehidupan Bersama (Fratres Vitae Communis)

Persekutuan ini adalah suatu perkumpulan biarawan yang terdiri dari imam-imam dan bruder-bruder yang tidak berkaul. Mereka membaktikan diri kepada ilmu pengetahuan, pengajaran dan pendidikan, menyalin buku-buku dan perhatian khusus ditujukan untuk membantu siswa-siswi. Mereka menjalankan suatu bentuk kehidupan rohani yang sedikit berbeda dari yang lazim pada biara-biara pada zaman itu; suatu bentuk devosi modern. Mereka melaksanakan suatu askese, latihan diri yang biasa saja. Perhatian mereka tertuju kepada pendidikan dan pembentukkan manusia daripada mengubah tata susunan gereja dan masyarakat. Ciri lain dari kelompok ini adalah sikap praktis sebagai jawaban atas situasi zaman abad ke 11/12 yang diwarnai dengan gerakan bidaah dalam Gereja. Penekanan mereka adalah bagaimana seorang Kristen harus hidup di dunia ini. Menurut pendiri gerakan ini Geert Groote suatu ilmu pengetahuan yang tidak memajukan kehidupan Kristiani, tidaklah bernilai. Persekutuan kehidupan bersama ini adalah  pria atau wanita yang tidak kawin, hidup bersama dalam kelompok, tanpa kaul, harta milik mereka adalah harta bersama termasuk penghasilan mereka sendiri. Kelompok ini bubar pada tahun 1812 seiring pergolakan di bawah pimpinan Napoleon.

Baru pada tahun 1873, Mgr. Zwijsen dan Mgr. Schaepman menghidupkan kembali tradisi hidup kelompok ini tapi anggota tarekat yang didirikannya adalah religius laki-laki yang mengikrarkan kaul publik.

  • Siapakah seorang Frater/Tanda pengenal ke-frateran

Kongregasi Frater Bunda Hati Kudus adalah suatu lembaga religius laikal tingkat keuskupan untuk kaum muda pria katolik Roma yang anggotannya mengikrarkan kaul publik, yaitu kaul ketaatan, kemiskinan dan kemurniaan (Kons 101). Para anggota kongregasi secara bersama-sama membaktikan diri untuk hidup menurut nasihat Injil dengan memperhatikan peraturan-peraturan kanonik yang diberikan oleh kuasa gereja. Bersama dengan itu mereka ingin, dalam semangat Injil, membantu mendidik dan mengajar kaum remaja dengan memperhatikan kebutuhan zaman dan melaksanakan tugas-tugas lain yang diminta atau yang diterima oleh kongregasi.

  • Keutamaan yang harus dimiliki seorang Frater

Sebagai seorang pribadi kristiani tentunya para frater membangun dan memiliki keutamaan teologal dan keutamaan kardinal. Namun yang khas harus dimiliki seorang frater dalam kehidupan persekutuan Frater Bunda Hati Kudus sejak awal berdirinya, yang sekaligus menjadi ciri khas, identitas atau sebagai tanda kenal  semangatnya adalah nilai-nilai Injil yang menjadi p[ilihan utama persekutuan adalah: cinta kasih, ketaatan, ingkar diri dan kesederhanaan yang dibatinkan dan dihayati dalam seluruh hidupnya.

Dalam perjalanan sejarah kongregasi, akhirnya disadari bahwa sebagai kongregasi aktif yang harus tumbuh dalam kesetiaan. Justru demi kesetiaan kreatif perlu perkembangan untuk mempertahankan identitas maka disadari dan disepakati apa lagi yang termasuk identitas dewasa ini dikedepankan untuk dihayati menjadi keutamaan kongregasi. Maka lahirlah keutamaan kerja keras yang sehat juga harus dimiliki dan semuanya dihayati dalam semangat atau spirit Hati yang merupakan Rohnya Kongregasi. Semua keutamaan ini sebagai tanda kenal yang harus dimiliki dengan membatinkannya di hati, diungkap keluar yang mengalir dari hati dalam tindakan nyata perilaku hidup sehari-hari maupun dalam tugas pelayanan kita kepada sesama yang membutuhkan kita.

  • Tuntutan hidup seorang Frater

+ Yang paling mendasar adalah belajar setia dalam baktikan hidup kita kepada Allah sebagai penegasan janji baptis kita lewat ikrar kaul kita kepada Allah yang paling dicintai di atas segalanya.

+ Belajar setia kepada Dia yang memanggil kita dengan menghayati tuntutan hidup sebagai seorang frater BHK, dengan mengikuti kompas penuntun arah yaitu, Konstitusi sebagai Undang-undang Dasar Kongregasi, Directorium dan Adat Kebiasaan Kongregasi. Kalau tidak patuh atau taat, pada UUD Kongregasi, dengan sendirinya kita mudah menyimpang, terperosok dan jatuh. Jika kita setia mengahayatinya, kita selalu pada jalan yang benar, tidak mudah terseret mengikuti ego atau kecendrungan pribadi untuk memegahkan diri dan akhirnya jatuh. Dengan demikian hendaknya kita menjadi tanda yang jelas, agar orang lain mengenal Allah dalam diri para frater, bukan menjadi sandungan orang lain jatuh.

+ Konsekuen menghayati kaul-kaul yang kita ikrarkan, atau janji kepada Allah yang harus kita penuhi dalam hidup sehari-hari.

+ Senantiasa membangun relasi kedekatan dengan Allah dalam hidup doa, ekaristi, pertobatan dan olah rohani lainnya (examen batin, refleksi, meditasi/kontemplasi, devosi dll).

BIARAWAN – Seorang Biarawan menurut Dokumen Gereja

+ Seorang biarawan itu adalah orang beriman yang secara khusus dipanggil Allah, agar dalam hidup Gereja, mereka menikmati anugerah khusus dalam Gereja dan seturut tujuan serta semangat tarekatnya berguna bagi tugas perutusannya yang menyelamatkan (KHK 574 § 2).

+ Hidup seorang biarawan adalah hidup yang dibaktikan kepada Allah dengan pengikraran nasihat-nasihat injili; kemurnian, kemiskinan dan ketaatan (KHK 574).

+ Hidup seorang biarawan adalah bentuk hidup tetap, yang sebagai orang beriman yang atas dorongan Roh Kudus mengikuti Kristus secara lebih dekat, dipersembahkan secara utuh kepada Allah yang paling dicintai, demi kehormatan bagi-Nya dan juga demi pembangunan Gereja serta keselamatan dunia.

+ Mengejar kesempurnaan cinta kasih dalam Kerajaan Allah.

+  Sebagai tanda unggul, kurnia bagi Gereja dan dalam Gereja, serta mewartakan kemuliaan surgawi (KHK 573)

  • Tuntutan hidup seorang Biarawan

+ Tuntutan hidupnya seharusnya selaras, serasi dengan panggilannya, menikmati anugerah khusus dalam Gereja dan seturut tujuan serta semangat terekat atau lembaga bagi tugas perutusan yang menyelamatkan.

+ Kuat, ulet, tekun dan setia dalam hidup iman, harapan dan cinta kasih

+  Hidupnya dalam memberi kesaksian akan Injil, terbuka untuk pertobatan dan bertumbuh mengembangkan kekudusan.

+  Konsekuen dalam hidup kaul yang dijanjikan kepada Allah yang paling dicintai-Nya, dalam persaudaraan dan kebersamaan sebagai unsur hakiki dalam hidup membiara.

+ Setia dalam hidup doa, Ekaristi maupun semua perjuangan rohani sebagai manusia rohani; pribadi yang  dekat, intim, mesra dengan Allah di atas segalanya.

  • Biarawan Frater

+ Frater sebagai seorang biarawan berarti, pertama-tama harus disadari dan penegasan diri bahwa yang lebih utama adalah sebagai biarawan, dengan konsekuensi menghayati unsur-unsur hakiki yang melekat pada seorang biarawan.

+ Sebagai seorang biarawan unsur hakiki ini sama saja bagi aneka lembaga biarawan. Yang akan membedakannya adalah unsur kedua, yaitu: apa yang menjadi Inti Jiwa Hidup Lembaga biarawan itu sendiri. Dalam perwujudan konkritnya dalam kehidupan eksistensialnya selaras dengan tanda kenal atau keutamaan dasar yang menjadi ciri khas/identitas frater.

+ Unsur hidup kebiarawanan frater, justru menjadi tanda kenal dalam perwujudan sikap, tindakan, cara berpikir, cara mengelola kekhasan pelayanannya, sekaligus menjadi kesaksian teladan. Dengan demikian orang lain akan mengenal Allah dan kasih-Nya dalam diri frater, dan kita menjadi tanda unggul bagi semua yang turut berpartisipasi dalam tugas pelayanan yang diemban para frater.

+ Karena itu, hidup sebagai biarawan frater hendaknya menggarami, menjadi terang, menjadi ragi dalam tugas dan karya pelayanan yang khas sesuai karisma yang dianugerahkan kepada para frater. Dengan demikian seorang biarawan frater BHK patut menjadi tanda unggul hidup Gereja lokal sekaligus membantu Gereja dan masyarakat yang membutuhkan, bukan menjadi batu sandungan.

GURU – Siapakah seorang guru itu?

Guru atau lebih populer disebut sebagai “pengajar”, “pendidik”, dan “pengasuh” merupakan tenaga pengajar dalam institusi pendidikan yang terpanggil untuk tugas utama dalam mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi para peserta didik dalam institusi pembelajaran. Guru sebagai suatu profesi yang profesional menuntut bahwa pengajar hendaknya memiliki kemampuan pedagogi sehingga mampu menyampaikan materi pembelajaran kepada para peserta didik secara menarik. Seorang guru adalah pribadi yang menghayati panggilan profesi mendidik sebagai suatu panggilan yang khusus dan istimewa. Karena itu seorang guru sejati, pekerjaannya mengajar, mendidik, mengasuh agar anak didik dibantu, dilatih, disupport, dan ditemani untuk berkembang dalam pengetahuan, ketrampilan dan kepribadiannya secara holistik. Jadi seorang guru harus bersifat mendidik dalam arti yang luas bukan meluluh mentransfer pengetahuan. Menjadi seorang guru sejati berarti menjadi seorang figur teladan yang hidup.

Karena itu seorang guru tidak sekedar menggurui, mengajari, menasihati,                                                                                                            tetapi hendaknya bersifat mendidik. Walaupun tugas mulia ini disinyalir menjadi profesi yang dimarginalkan, atau lebih dilihat sebagai suatu lapangan kerja untuk menopang kesejahteraan jasmani.

  • Peran Guru

Dalam proses pendidikan atau pembelajaran peran seorang guru tidak meluluh menjalankan fungsi alih ilmu pngetahuan (transfer of knowledge) tetapi pertama dan utama adalah menanamkan nilai (value) serta membangun karakter (character building) peserta didik secara berkelanjutan dan berkesinambungan. Guru juga berperan sebagai pendidik (nurturer) yang berperan  dan berkaitan dengan tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan (supporter), tugas-tugas pengawasan dan pembinaan (supervisor) serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat. Guru bertanggung-jawab terhadap persiapan peserta didik untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh pengalaman-pengalaman lanjutan seperti penggunaan kesehatan jasmani, bebas dari orang tua, dan orang dewasa yang lain, moralitas tanggungjawab kemasyarakatan, pengetahuan dan keterampilan dasar, persiapan.untuk perkawinan dan hidup berkeluarga, pemilihan jabatan, dan hal-hal yang bersifat personal dan spiritual. Peran guru lainnya adalah membantu siswa/peserta didik untuk menemukan bakat dan kemampuan yang dimilikinya. Kata pendidikan/education berasal dari kata latin “educare” artinya membawa keluar artinya bahwa proses pembelajaran apapun bentuknya hendaknya menemukan dan menunjukkan ke permukaan segala kemampuan seorang peserta didik. 

  • Kualitas seorang guru

Kualitas seorang guru seharusnya selaras-sejalan dengan panggilannya, profesinya sebagai seorang guru sejati. Kualitas sebagai guru adalah, “digugu lan ditiru”, artinya sebagai guru dalam profesi guru, hendaknya dipercayai, ditiru, diikuti dan dipatuhi karena kualitas hidupnya sebagai teladan hidup, baik dalam tutur kata, sikap, perilaku, tindakannya. Walaupun tugas mulia ini akhir-akhir ini disinyalir menjadi profesi yang termarginalkan, karena banyak guru menjalani profesinya bukan pertama-tama karena panggilan hidup.

  • Frater Pendidik

Selaras dengan mistik, kharisma, apostolat maupun visi dan misi kongregasi, seorang frater terpanggil sebagai frater pendidik. Ini adalah karunia khusus yang dianugerahkan Allah bagi kongregasi kita, yang sejak awal berdirinya. Karena itu pula frater dikenal, disapa sebagai frater pendidik/pengajar. Sebagai frater pendidik yang juga seorang biarawan, para frater sudah dibekali, disiapkan, dilatih dari berbagai hal rohani maupun yang duniawi, seharusnya lebih beriman, berpengharapan dalam kasih, lebih berkualitas dari seorang pendidik awam yang menjadi rekan kerja kita baik dalam memanage aktivitas mendidik, mengajar, mendampingi, dan oleh karena itu lebih diandalkan. Seorang frater pendidik hendaknya rajin, suka bekerja yang sehat, kreatif, inisiatif, penuh semangat, simpatik–empati, dan harus berperan sebagai fasilitator yang sangat dibutuhkan melahirkan generasi baru yang memiliki kemampuan maupunketrampilan hidup saat ini dan diakhirat bagi kawula muda yang dipercayakan kepada para frater. Di samping itu, frater pendidik hendaknya sanggup memahami kebijakan pendidikan, sehingga kebijakan, tindakan, aktivitas menyangkut mengatur dan mengelola pendidikan, para frater tetap setia pada arah dan tujuan azasi didirikannya kongregasi, walaupun situasi zamannya berubah, yang menyebabkan penyesuaian demi penyesuaian yang menuntut banyak pengorbanan, baik korban tenaga, pikiran, perasaan, dan korban waktu dan materi, namun terus-menerus tetap disiasati sehingga tetap up to date sebagai frater pendidik yang menjaman.

  • Kualitas Frater Pendidik

Selaras dengan panggilan khusus sebagai biarawan dengan kharisma yang dianugerahkan kepada kongregasi, sepatutnya seorang frater pendidik, beriman teguh dan mampu menginternalisasikan keutamaan dasar kongregasi sebagai obor hidup, sehingga berkualitas dalam mendidik, mengajar, mendampingi anak didik/kawula muda dalam spirit HATI, agar merekapun bertumbuh-kembang kearah tujuan hidup mereka yang lebih berkualitas secara holistik, baik di dunia maupun di akhirat nanti. Kualitas seorang frater pendidik sangat ditentukan oleh kualitas hidup imannya, kedekatan dan keakraban relasi dengan Allah dalam hidup eksistensialnya, sekaligus kualitas hidup kebiarawannanya yang sangat mewarnai tugasnya sebagai pendidik. Konsekuensi lebih lanjut adalah seorang frater pendidik lebih menjadi kesaksian teladan yang diidealkan sebagai suatu kerasulan yang paling efektif bagi anak didik dan sesama rekan kerja. Mampu menghayati apa yang  diidealkan Ki Hajar Dewantara (seorang tokoh pendidik) : Mampu berada di depan memberi contoh, teladan, dipercayai ditiru, diikuti, dipatuhi = Ing ngarso sung tolodo;mampu berada di tengahuntuk menyemangati, menguatkan, meneguhkan, meneguhkan dan memberi inspirasi = Ing madyo mangun karso; dan akhirnya mampu berada di belakang untuk memberi dorongan moral, memotivasi, mensupport, memberi dukungan = Tut wuri handayani.

Kesimpulan

Proses pendidikan sebagai suatu proses pembentukan manusia menjadi sangat signifikan dalam peradaban manusia dari zaman ke zaman. Kongregasi Frater BHK yang terpanggil secara khusus untuk membaktikan diri kepada pembentukan kaula muda secara holistik dituntut untuk mempersiapkan diri secara matang agar kehadiran para frater pengajar sungguh menampakan nilai plus dalam dunia pendidikan. Kita adalah Frater, Biarawan dan Guru artinya seluruh proses pendidikan yang kita tangani harus merupakan cerminan nyata dari hidup kita sebagai seorang religius. Aliran kedalaman hidup kita sebagai seorang religius harus terlihat nyata dalam pelayanan kita dalam dunia pendidikan. Inilah nilai lebih yang harus dimiliki kita sebagai frater pengajar.

Tim Spiritualitas

About fraterbhk

Check Also

Mgr. Schaepman dalam Semangat St. Vinsensius A Paulo

Kegelisahan Mgr. Schaepman Kegelisahan Mgr. Schaepman terhadap situasi manusia saat itu sebenarnya sudah mulai terasa …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.