Home / Sharing Inspirasi / LENTERA HIDUP

LENTERA HIDUP

Cerita Inspiratif

Di sebuah monastri kecil jauh dari keramaian, hiduplah seorang petapa yang selalu membawa sebuah lentera di tangannya setiap kali malam tiba. Ketika ditanya oleh rekan-rekannya tentang alasan mengapa ia selalu membawa lentera, petapa itu dengan senyum menjawab, “Lentera ini adalah simbol kehidupan kita. Setiap orang memiliki lentera dalam dirinya, sebuah terang yang dapat kita bagikan kepada sesama.” Suatu hari, monastri itu dilanda krisis kepercayaan dan perselisihan. Para petapa menjadi terasing dan kegelapan hati merajalela. Sang petapa itu memutuskan untuk menggunakan lenteranya untuk membawa terang dan inspirasi kepada seluruh monastri itu. Setiap malam, ia berjalan melewati Lorong-lorong monastri, membagikan cahaya dari lenteranya kepada setiap anggota monastri dan dia mendengarkan cerita sesamanya, memberikan kata-kata semangat, dan berbagi kebaikan. Secara perlahan, monastri itu mulai terang benderang dengan kebaikan, kepercayaan, dan solidaritas.

Menggali Makna Lentera

Para frater terkasih, kisah seorang petapa sederhana menegaskan bahwa setiap kita memiliki lentera batin yang dapat menjadi terang dalam kehidupan orang lain. Kita hadir sebagai pemberi harapan, lentera menjadi tanda harapan dan kekuatan untuk bersama-sama melangkah dalam kehidupan sekaligus menjadi sumber inspirasi dalam mengatasi cobaan. Kita tidak bisa mengelak bahwa hidup religius sebagai Frater adalah ibarat lentera yang menerangi dunia. Hidup keterpanggilan sebagai religius menjadi tanda harapan kepada orang yang membutuhkan pengharapan. Kehadiran kita sebagai Frater bukan hanya sebagai sumber cahaya, tetapi juga sebagai simbol kebaikan, empati, dan kepedulian yang dapat kita sebarkan kepada sesama, mencerahkan jalan menuju kehidupan yang lebih baik.

Marilah sejenak kita merefleksikan diri, apakah kehadiran kita sebagai Frater di tempat pelayanan kita, kehadiran kita di tengah komunitas atau lembaga pendidikan yang dilayani, kita sugguh menjadi lentera? Setiap kita akan berargumen bahwa ia sudah menjadi lentera yang terang benderang tapi ada juga dari kita yang merasa kehadirannya kurang menjadi sumber inspirasi bagi yang lain. Realitas kehadiran kita yang masih remang-remang mau mengajarkan bahwa kita perlu mengisi lentera dengan sumber daya kekuatan spiritual yang cukup sehingga cahaya yang kita bawa dalam pelayanan sungguh menjadi terang benderang. Pengalaman mengajarkan bahwa kadang kita terlena untuk senantiasa memberikan cahaya kepada sesama sampai lupa untuk mengisi daya kekuatan sendiri, akhirnya semangat pelayanan kita menjadi padam, kehadiran kita menjadi tak bermakna. Namun, sebagai seorang religius Frater, kita diajak untuk selalu kembali ke sumber kekuatan utama yaitu Kristus sendiri.

Yesus, sebagai pembawa lentera di dunia, menjelma sebagai cahaya yang menerangi kegelapan dan memberikan petunjuk bagi umat manusia. Dalam ajaran dan kehidupannya, Dia merupakan sumber terang yang membawa pencerahan rohani kepada mereka yang berada dalam kebingungan dan kegelapan. Yesus memperkenalkan konsep lentera sebagai simbol kebenaran, kasih, dan jalan yang benar. Dalam perumpamaan lentera, Yesus mengajarkan agar kita tidak menyembunyikan terang iman dan kebenaran di bawah tempat tidur, melainkan meletakkannya di atas meja agar dapat memberikan cahaya bagi semua yang berada di sekitarnya. Yesus memanggil setiap orang untuk menjadi saksi hidup akan kasih Allah dan membawa terang-Nya ke dalam dunia yang sering kali dipenuhi kegelapan. Sebagai pembawa lentera, ajaran-ajaran Yesus membimbing umat manusia menuju kehidupan yang berarti dan penuh makna. Dia mendorong kita untuk mencerminkan cahaya-Nya melalui kasih, kebaikan, dan pelayanan kepada sesama. Dengan mengikuti jejak-Nya, kita diilhami untuk menjadi cahaya di tengah dunia yang membutuhkan petunjuk rohani. Dengan demikian, Yesus adalah pembawa lentera yang membawa terang kasih ilahi kepada setiap jiwa yang haus akan kebenaran. Kita dipanggil untuk menjadi salinan hidup dari Firman Tuhan, yang merupakan sumber terang dan kebenaran dalam hidup kita.

Sebagai religius Frater, kita dipanggil untuk mencerminkan kebaikan dan kehormatan. Perilaku dan tindakan kita seharusnya mencerminkan karakter Kristus, memancarkan kasih dan kebaikan kepada sesama. Ini adalah panggilan untuk menjadi pribadi yang menyenangkan Tuhan dan memberikan kesaksian positif tentang kehadiran-Nya dalam hidup kita. Yesus mengajarkan bahwa lentera bukan menyala bagi dirinya sendiri, tetapi untuk menerangi ruangan. Hal ini mengajarkan kita untuk berpikir tentang kepentingan bersama dan berkontribusi untuk kebaikan umum. Kita dipanggil untuk memberikan cahaya bagi masyarakat, membantu mereka yang membutuhkan, dan berpartisipasi dalam pembangunan kehidupan yang adil dan sejahtera bagi semua. Kita kaum terpanggil dipersatukan menjadi satu sebagai tubuh Kristus, memberikan terang bersama dalam dunia yang gelap. Ini mengajarkan kita untuk saling mendukung, berbagi iman, dan bersama-sama menjadi saksi bagi kehadiran Allah di tengah-tengah dunia. Kehadirian kita hendaknya tidak menjadi batu sandungan terhadap sesama kon-frater, bapak-ibu guru, siswa-siswi, orangtua dan orang yang kita layani. Tapi marilah kita bersama-sama berkomitmen untuk menjadi cahaya bagi sesama. Dengan menerapkan nilai-nilai ini dalam hidup sehari-hari, kita dapat menjadi saksi hidup akan kehadiran kasih dan terang Tuhan dalam dunia yang penuh kegelapan. Mari kita renungkan……..

Pertanyaan Reflektif

Apakah saya sudah menjadi lentera bagi sesama kon-frater, bapak-ibu guru, siswa-siswi, orang tua dan orang yang dilayani dalam hidup sebagai seorang religius?

Tim Spiritualitas

About fraterbhk

Check Also

Cerita Kecil Seorang Calon Guru

Udara pagi tampak cerah hari itu, semua warga sekolah disibukkan dengan aneka tugas yang sudah …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.