Persaudaraan
PPersaudaraan, (fraternity) menunjukkan hakikat kesatuan rohani kita yang dipanggil Allah dalam kebersamaan panggilan. Masing-masing di antara kita memanggil dan dipanggil dengan sebutan “frater” yang berarti “saudara”. Semangat persaudaraan hendak dihadirkan dalam persekutuan kita. Persaudaraan (fraternity) merupakan jantung dari identitas dan misi religius frater (bruder) dalam Gereja (Bdk. Dok. Lembaga Hidup Bakti untuk Religius Bruder)
Sebutan “frater” hendak meneruskan tradisi yang hidup sebutan “frater” dan semangat persaudaran yang terbangun oleh Bruder-bruder kehidupan bersama (Fraters Vitae Communae), yang pada saat itu anggota terakhirnya masih ada Gert groote. Frater-frater ini mendedikasikan karyanya pada pengembangan pendidikan. Bersama Frater van Tilburg (Frater CMM) yang lebih dahulu berdiri (1854), kongregasi Frater BHK menggunakan nama ini untuk melanjutkan tradisi yang hidup dari kehidupan bersama mereka. Persaudaraan dalam karya kasih yang didedikasikan secara mendalam bagi pengembangan pendidikan dan pengajaran.
Pendamping rohani frater awali Pater Hoffman yang dalam kesederhaan dan keterbatasannya (tuli) telah mewariskan sikap rohani dan persaudaraan yang disemangati oleh Bunda Hati Kudus. Konfraternitas Agung Bunda Hati Kudus menjadi jalan penyebaran devosi Bunda Hati Kudus, yang berawal di Issoudun Perancis. Persaudaraan ini dikembangkan juga di Utrecht dalam bimbingannya. Frateran St. Gregorius, tepatnya kapel komunitas, menjadi pusat penyebaran devosi Bunda Hati Kudus di Keuskupan Utrecht (Bdk. Pusat devosi BHK di Belanda berada di Basilika Bunda Hati Kudus Sittart).
Dokumen kongregasi dan dinamika perkembangan spiritualitas menegaskan bahwa Persaudaraan Bunda Hati Kudus menjadi kata kunci yang menunjukkan spiritualitas para frater. Persaudaraan yang disemangati spiritualitas hati dengan Maria Bunda Hati Kudus sebagai teladan hidup yang mewartakan kekayaan hatiNya dan menghantar kepadaNya.
Bunda Hati Kudus
Bunda Hati Kudus adalah gelar dari Maria yang dikenakan kepada nama kita masing-masing. Kepada Maria Bunda Hati Kuduslah, pendiri kita Mgr. A.I. Schaepman mempersembahkan tarekat yang didirikannya. Harapan besar yang terpancar dari pendiri bahwa Maria menjadi Pelindung, Ibu kongregasi yang mengayomi, Bunda yang menemani perjalanan kongregasi yang didirikannya.
Spiritualitas Persaudaraan Bunda Hati Kudus (Fraternity of Our Lady of The Sacred Heart)
Spiritualitas adalah hidup berdasarkan anugerah Roh. Spiritualitas itu dilahirkan bagaikan aliran sungai yang mengalirkan rahmat dengan segala kekayaannya dalam menanggapi situasi konkret yang hendak ditanggapi. Spiritualitas kongregasi mengalir dari kazanah kerohanian pendiri Mgr. A. I. Schaepman, dan diperkaya oleh kekayaan rohani kharisma Pater Jules Chevalier (Spiritualitas Hati & Bunda Hati Kudus) dan St. Vinsensius a Paulo.
Aliran rahmat juga dari kharisma St. Vinsensius a Paulo yang kongregasi terima dari kongregasi Frater-frater dari Bunda Berbelaskasih (Frater van Tilburg). Model hidup mereka sejak awal ditetapkan pendiri sebagai model hidup kita juga. St. Vinsensius menjadi pribadi istimewa bagi Frater CMM demikian pula mewarnai semangat Frater BHK. Semangat cintanya pada kaum miskin menjadi semangat hidup kita.
Rahmat khusus tentu kita timba dari Pendiri kita Mgr. Andreas Ignatius Schaepman. Kharisma Schaepman menjadi daya dorong hidup kongregasi ke depan. Jadi Spiritualitas Persaudaraan Bunda Hati Kudus (Fraternity of Our Lady of The Sacred Heart) menjadi Spiritualitas hati khas dari Kongregasi Frater Bunda Hati Kudus yang merupakan buah rohani dari kazanah kekayaan anugerah rohani yang turut mewarnai identitas dan misi kongregasi.
Kata “saudara” (fraternity) merupakan kata yang khas, istimewa, memiliki makna mendalam dalam persekutuan kita para Frater Bunda Hati Kudus. Spiritualitas “persaudaraan Bunda Hati Kudus” merupakan ekspresi konkret dari penghayatan spiritualitas hati. Kata “Hati” merujuk pada hati kita manusia dan hati Yesus yang Maha Kudus. Dalam konteks spiritualitas hati, hal ini berarti bahwa kita ‘percaya akan daya kekuatan hati (cinta) kita masing-masing dan Hati Yesus yang Maha Kudus. Spiritualitas Hati sendiri memiliki makna “mengikuti jalan hidup menurut hati, dibimbing oleh Roh Kudus, menurut model yang ditunjukkan oleh Yesus yang ‘mencintai dengan hati manusiawi’”
Spiritualitas Persaudaraan Bunda Hati Kudus, merupakan wujud konkret dan khas tarekat dalam mewujudkan spiritualitas hati. Para frater hendak menghadirkan persaudaraan yang disemangati oleh spiritualitas hati sebagaimana telah ditunjukkan oleh hidup Maria Bunda Hati Kudus untuk mengantarkan semakin banyak orang; terutama peserta didik dan kaum miskin kepada kekayaan hati Yesus.
Pokok-pokok Refleksi Spiritualitas Persaudaraan Bunda Hati Kudus
Persaudaraan (fraternity) merupakan ‘Jantung’ dari identitas dan misi religius bruder dalam Gereja Yesus Kristus. Jantung identitas ini, yakni 1) persaudaraan merupakan karunia yang diterimanya (misteri), 2) persaudaraan merupakan karunia yang dibagikan (persekutuan), dan 3) persaudaraan itu merupakan karunia yang diberikan (misi) (Bdk. Kongregasi untuk Lembaga Hidup Bakti dan Serikat Hidup Kerasulan, 2015:5)
Persaudaraan: karunia yang terima (misteri)
Relasi persaudaraan bersama SATU Bapa, saling menerima dalam cinta dan serah diri; saling mendukung, saling melengkapi; membiarkan orang lain berkembang. Bersama menuju kebahagiaan (Konst. Ps.2).
“Saya sangat meminta umat kristen di komunitas dunia untuk menawarkan saksi bercahaya dan menarik persekutuan persaudaraan. Biarkan semua orang mengagumi bagaimana anda peduli satu sama lain, bagaimana anda mendorong dan mendampingi satu sama lain,”ini adalah cinta satu sama lain yaitu bahwa setiap orang akan mengakui bahka kamu adalah muridKu, yaitu kalau kamu saling mengasihi” (Yoh 13:35). – Petisi Paus Fransiskus.
Karunia istimewa persaudaraan ini adalah setiap frater dianugerahi Yesus rahmat persaudaran dalam kesatuan IbuNya. Peristiwa penting Maria di bawah salib bersama Yohanes; menyimbolkan anugerah tersebut. (Yoh 19:25-37; Konst. Ps. 51). Kita dimasukkan dalam relasi keputeraan-Nya; relasi kasih sebagai SAUDARA. “Menerima ibuNya dalam rumahnya,” menyimbolkan menerima Maria dalam hati kita. Kasih sayang dan kedekatan Maria dan Yesus dibagikan kepada kita dalam hati dan hidup kita. Oleh karenanya, panggilan setiap frater sebagai religius adalah sebagai bukan hanya sebagai “penerima kasih Allah” melainkan juga sebagai “saksi dan mediator dari kasih persaudaraan” yang telah dianugerahkanNya. Yesus adalah saudara bagi setia frater dalam relasi keibuan, Maria Bunda Hati Kudus. Kedalaman relasi bersama Maria menghantarkan setiap frater mengalami kedalaman kasih dengan kekuatan dasar yang lemah lembut, rendah hati dan murah hati.
Persaudaraan: karunia yang dibagikan (persekutuan/komunitas)
Anugerah persaudaraan yang kita terima dalam relasi keputraanNya dalam hubungan dengan Maria, sang bunda menghantarkan kita pada persaudaraan sebagai karunia yang kita bagikan. Kita bersatu dalam kasih persaudaraan sebagaimana teladan jemaat perdana. Kesatuan persaudaraan ini menjadi tanda kesaksian bagi dunia sehingga percaya (bdk Yoh 17:21; Konst. Ps.53). Kesatuan persaudaraan kasih telah diteladankan oleh Allah Tritunggal yang termanisfestasikan dalam persaudaraan ini (Konst. Ps.62).
Tanda bahwa kita adalah muridNya jikalau kita saling mengasihi (Bdk. Yoh 13:35). Wujud kasih tersebut nampak dalam kesetiaan, kerukunan dan kerukunan (Ps. 55); perhatian kepada saudara yang sakit, kesulitan dan kekurangan (Ps. 56), menyumbangkan diri bagi persekutuan (Ps. 57); selalu siap sedia (disponibilitas) untuk karya misi (Ps. 58)
Persaudaraan yang dibagikan merupakan cerminan umat Allah yang terwujud dengan bercirikan hidup kesalingan; saling menerima dalam cinta dan serah diri, saling mendukung, saling melengkapi, membiarkan diri berkembang secara wajar; agar bersama-sama menjadi bahagia (Bdk. Konst. Ps. 2; 10). Inilah panggilan persaudaraan sebagai karunia yang dibagikan.
Persaudaraan: karunia yang diberikan (misi)
Komunitas persaudaraan yang merupakan karunia yang diterima dan dibagikan akan terarah untuk diberikan dalam konteks misi. Komunitas persaudaraan ini diikat oleh semangat Yesus menyebut semua muridNya,”dan kamu adalah saudara” (Mat 23:8). Apapun yang kau lakukan untuk yang terkecil dari saudara-saudaraKu kamu lakukan untuk Aku”(Mat 25:40; Konst. Ps. 9). Mereka adalah ‘tuan’ yang harus kita layani (Warisan St. Vinsensius a Paulo).
Bagi kongregasi, ‘saudara yang kecil dan miskin’ tersebut adalah kaum muda yang kita dampingi agar mencapai kepenuhan dalam Yesus (Bdk. Yoh 10:10; Konst. Ps. 8, 64, 66).. Misi utama persaudaraan ini adalah terwujudnya kehendakNya. Persaudaraan ini hendak memberikan jawab terhadap seruan Tuhan yang bergema dalam hati manusia (Konst. Ps. 21). Persaudaraan ini pula hendak menghadirkan di setiap hati, agar mengalami janji Tuhan melalui persaudaraan ini, “Aku akan hadir demi engkau” (Konst. Ps. 7)
Bunda Hati Kudus tidak akan pernah lepas dari persaudaraan ini. Oleh hidupnya, setiap frater mampu mewujudkan persaudaraan ini agar mampu mengantar dirinya dan orang lain sampai kepada kekayaan hati Yesus; yang lemah lembut, rendah hati dan murah hati.
Fr. M. Patrik Totok Mardianto, BHK