Home / Sharing Inspirasi / ONE HEART, ONE SPIRIT, ONE MISSION, DUC IN ALTUM

ONE HEART, ONE SPIRIT, ONE MISSION, DUC IN ALTUM

Sebuah Refleksi

Pengantar
“Hidup yang tidak pernah direfleksikan, tidak layak untuk dihidupi” – Socrates.

Ungkapan Socrates di atas sangat tepat untuk direnungkan, terkait Yubileum 150 tahun Kongregasi Frater-frater Bunda Hati Kudus hadir di dunia yang jatuh pada Minggu, 13 Agustus 2023. Eksistensi Kongregasi yang hingga memasuki 150 tahun tentunya bukanlah perjalanan singkat, melainkan sebuah peziarahan yang panjang. Jika hari ini kongregasi masih eksis dan berdiri kokoh, itu karena kuasa Allah, itu karena Allah mencintai Kongregasi. Namun, yang perlu diingat Kongregasi bukanhanya dalam arti gedung, tetapi manusia frater. Jadi, Allah mencintai Kongregasi Frater-frater Bunda Hati Kudus, berarti sama dengan Allah mencintai para Frater anggota Kongregasi. Itu artinya Kongregasi dan para Frater adalah satu. Mengapa? Sebab, bila Kongregasi masih berdiri hingga saat ini, itu karena ada para Frater anggota Kongregasi. Dan, andaikan para Frater sebagai anggota Kongregasi tidak ada, maka tidak mungkin Kongregasi masih berdiri kokoh hingga saat ini.

Namun, pertanyaannya adalah apakah para Frater sebagai anggota Kongregasi hanya sekedar ada (exiting) saja, ataukah ada dan hidup bersama (living together)? Yang diharapkan dari setiap kita para Frater adalah kita ada dan hidup bersama (living together). Dalam hidup bersama itu, setiap kita para Frater harus bisa menampilkan diri yang berkualitas dan bermakna melalui penyerahan atau pemberian diri kepada Kongregasi. Oleh karena itu, ada baiknya kita merenungkan tema Yubileum 150 tahun Kongregasi, yakni “One Heart, One Spirit, One Mission, Duc in Altum”. Hemat saya, tema ini memiliki makna yang sangat mendalam berkaitan dengan spiritualitas hati, berkaitan dengan semangat Kongregasi, juga berkaitan dengan misi perutusan Kongregasi dengan segala kekuatan, tantangan, tetapi juga peluang, yang terintegrasi dalam frasa duc in altum (bertolak ke tempat yang lebih dalam).

Berbicara tentang spiritualitas hati, tentunya bukanlah perkara yang mudah dalam menginternalisasikannya. Mengapa? Karena spiritualitas hati bukanlah berbicara soal NARASI, melainkan soal AKSI. Pada tataran AKSI inilah yang biasanya menjadi dilematis dan sulit. Demikian pula dengan semangat Kongregasi, yakni cinta kasih, ketaatan, ingkar diri, kesederhanaan, dan suka bekerja. Kelima semangat ini pun sangat mudah untuk diucapkan, tetapi sangat sulit untuk dihayati. Dibutuhkan suatu perjuangan yang tidak mudah untuk bisa menghidupinya. Juga berkaitan dengan misi kongregasi, yakni mewujudkan kerajaan Allah di tengah dunia dengan membaktikan diri secara total kepada Allah melalui pendidikan kaum muda sesuai semangat dasar pendiri. Terkait dengan dunia pendidikan kaum muda saat ini, juga mengalami tantangan yang berat. Sebab, tuntutannya dan regulasi yang tidak mudah. Oleh karena itu, dituntut kesiapan SDM para Frater yang memenuhi kelayakan. Artinya, jubah putih saja tidak cukup untuk menjadikan seorang Frater menjadi pendidik atau pemimpin di sekolah. Walaupun para Frater adalah pemilik satuan pendidikan, tetapi tidak serta merta bisa menjadi guru atau menjadi kepala sekolah, melainkan para Frater harus memenuhi kualifikasi serta memiliki sertifikat pendidik dan sertifikat guru penggerak. Jika tidak memiliki keduanya itu, maka siap-siap menjadi “penonton” di sekolahnya sendiri. Jadi, dunia pendidikan dewasa ini mengalami tantangan yang cukup berat. Untuk menjawabi tantangan itu, maka One Heart (Satu Hati), One Spirit (Satu Semangat), One Mission (Satu Misi), Duc in Altum (bertolak ke tempat yang lebih dalam) adalah solusinya.

1. One Heart (Satu Hati)
Pertanyaannya adalah apakah mungkin setiap Frater yang memiliki kepribadian dan karakter yang berbeda-beda dapat memiliki satu hati? Jawabannya sangat mungkin kalau diintegrasikan dalam menghidupi spiritualitas hati yang sama. Jadi, satu hati dalam hal ini adalah satu dalam spiritualitas hati yang satu dan sama. Apa itu spiritualitas hati? Inilah pandangan Pater Hans Kwakman, MSC mengenai arti kata “Spiritualitas Hati” Dalam istilah “Spiritualitas Hati”, kata “hati” dipakai dalam arti biblis. Dalam Kitab Suci kata “hati” adalah bahasa simbol yang menunjuk kepada seluruh kepribadian seseorang menurut segi kehidupan batinnya, yang meliputi hal berpikir, merencanakan, menghendaki, merasa, dan mencintai. Oleh karena itu, One Heart mengacu kepada spiritualitas hati, yakni Hati Yesus dan Hati Maria. Dengan demikian, hati setiap Frater BHK harus dilebur dalam Hati Yesus dan Maria. Kalau kita berbicara mengenai Hati Yesus dan Hati Maria, kita menunjuk kepada seluruh diri Pribadi Yesus dan Maria, dengan tekanan pada segi batinya, bukan hanya pada perasaan cinta atau belas kasihannya.

Pater Jules Chevalier menemukan dalam Hati Yesus bukan hanya cinta sebagai afeksi, melainkan juga cinta sebagai kekuatan, kesetiaan, dan ketaatan (hati yang mendengarkan). Demikian juga dengan hati Maria, yang berpaut dan bertaut pada Hati Yesus. Itulah pula dengan hati setiap kita para Frater, harusnya juga selalu berpaut dan bertaut pada Hati Yesus dan Hati Maria. Oleh karena itu, hati yang bermacam-macam dari setiap kita para Frater harus diintegrasikan dalam Spiritualitas Hati, yang adalah Hati Yesus dan Hati Maria. Itulah makna dari One Heart(satu hati), bahwa setiap hati kita para Frater harus dilebur dalam Spiritualitas Hati, yakni Hati Yesus dan Hati Maria, yang lemah lembut dan rendah hati, hati yang berbelas kasih (be compassionate).

Dalam istilah “Spiritualitas Hati”, kata “Spiritualita” pun penting. Kata itu menunjuk kepada kata “Spiritus” atau Roh, yaitu Roh Kudus. Spiritualitas Hati dapat digambarkan sebagai “the Way of the Heart according to the Spirit”, cara hidup menurut hati yang dibimbing atau digerakkan oleh Roh Kudus. Tantangan utama dalam Spiritualitas Hati ialah bagaimana mensinkronkan “Hati” dan “Roh”. Untuk itu, perlu ada yang namanya “discernment”: membeda-bedakan roh-roh untuk menemukan ke arah mana Roh Kudus hendak menggerakkan kita. Roh Kudus berkata-kata dan membimbing melalui suara hati yang memihak pada hati nurani.

Akhirnya One Heart(Satu Hati) mau mengajak dan menuntut kita setiap Frater agar hati masing-masing kita hendaknya selalu berpaut dan bertaut pada satu hati yang sama, yakni Hati Yesus yang juga adalah Hati Maria. Dan dalam melaksanakan hidup dan karya pelayanan kita hendaknya digerakan oleh Spiritualitas Hati, yakni Hati yang digerakan oleh Roh Kudus. Dengan demikian, hidup kita para Frater boleh disebut sebagai sebuah consecratio, missio, dan communio(bdk. konstitusi pasal 6), yang berlandaskan pada Servite et Amate(Melayani dengan Hati/Cinta).

2. One Spirit (Satu Semangat)
Kongregasi Frater-frater BHK sejak awal berdirinya telah meletakan dasar semangat hidup seorang Frater sebagai daya dorong atau daya penggerak yang menggerakan seluruh daya atau potensi atau kompetensi dan inti kehidupan. Semangat dasar Kongregasi itu ialah cinta kasih, ketaatan, ingkar diri, kesederhanaan, dan suka bekerja (konstitusi pasal 69). Semangat ini merupakan tanda pengenal, sekaligus menjadi ciri khas Kongregasi. Itu artinya setiap Frater BHK harus bisa menghidupi semangat dasar ini, sehingga semangat pribadi harus diintegrasikan atau dileburkan dalam semangat Kongregasi. Dengan demikian, One Spirit (Satu Semangat), menuntut dan mengajak kita para Frater untuk bergerak bersama-sama dan bersama-sama bergerak dalam satu semangat untuk menghayati atau menghidupi semangat dasar Kongregasi itu, yakni cinta kasih, ketaatan, ingkar diri, kesederhanaan, dan suka bekerja.

Cinta kasih merupakan hukum pertama dan utama (hukum kasih). Dalan penghayatannya, setiap Frater hendaknya menggunakan kacamata cinta, bukan kacamata kuda. Dengan semangat cinta kasih atau kacamata cinta, maka yang buruk dan jelek pada diri setiap Frater akan menjadi indah. Amor Omnia Vincet, cinta mengalahkan segala keburukan, kebencian, permusuhan, dendam, kedengkian, dan kejelekan. Sebaliknya, jika kita mengenakan kacamata kuda, maka hal-hal yang baik dan positif pada diri kon-Frater kita akan menjadi buruk dan jelek semuannya (bdk. konstitusi pasal 70).

Ketaatan dewasa ini menjadi sangat sulit untuk dihidupi atau dihayati karena setiap kita para Frater dapat berargumen atas nama kebebasan dan dialog, sehingga ketaatan yang sesungguhnya cerminan kerendahan hati menjadi abu-abu. Padahal Yesus telah menunjukan sikap taat-Nya kepada kehendak Bapa. Dialog memang penting, tetapi pada akhirnya, seperti Yesus, yang berdoa: “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.” Jadi, dialog boleh-boleh saja, tetapi pada akhirnya harus dengan rendah hati seperti Yesus (bdk. konstitusi pasal 71).

Ingkar diri menuntut kita para Frater untuk tidak menjadikan diri kita sebagai pusat perhatian, menjadikan diri kita egoitis, melainkan kita harus menunjukan sifat altruistis. Ingkar diri bisa berarti “mematikan diri”, menyalibkan kecenderungan: keinginan daging, menyangkal diri, dalam mengambil bagian dalam tugas perutusan Yesus untuk kebaikan dan keselamatan sesama (bdk. konstitusi pasal 72).

Kesederhanaan menuntut kita para Frater untuk selalu rendah hati. Seperti Bunda Hati Kudus yang memiliki sikap hati yang sederhana dan bersahaja. Dan juga pendiri kita, Mgr. Andreas Ignasius Schaepman  melalui  motonya:  In  Sollicitudine et  Simplicitate, yang berarti dalam keprihatinan dan kesederhanaan. Maka, setiap Frater BHK harus bisa menghayati moto Sang Pendiri, dalam cara hidup, cara bersikap, cara berperilaku, cara bertutur kata, dan cara bertindak (bdk. konstitusi pasal 73).

Suka bekerja di sini adalah kerja cerdas, kerja cepat, dan kerja sehat. Suka bekerja tidak berarti maniak dalam bekerja. Dengan demikian, tidak boleh mengganti doa dengan tenggelam dalam bekerja. Sebab, kecenderungan kita, kita forsir bekerja sampai capek, yang ujung-ujungnya tidak berdoa, tidak berekaristi. Jika seperti itu, berarti kerja yang tidak sehat, kerja yang tidak cerdas. Jadi, jangan menggantikan doa dan ekaristi dengan tenggelam dalam bekerja. Juga jangan hanya tekun dan khusyuk dalam doa, ibadat, dan ekaristi, melainkan juga harus tekun, rajin bekerja secara sehat dan cerdas. Ingat, bekerja adalah sebuah ibadah. Oleh karena itu, bekerjalah dengan hati (bdk. konstitusi pasal 75).

3. One Mission (Satu Misi)
One Mission (Satu Misi) tentunya mengacu pada misi Kongregasi Frater BHK, yakni mewujudkan Kerajaan Allah di tengah dunia dengan membaktikan diri secara total kepada Allah melalui pendidikan kaum muda sesuai semangat dasar pendiri. Tentunya setiap Frater pasti memiliki misi pribadi, tetapi misi pribadi itu harus diintegrasikan atau dilebur dalam misi Kongregasi. Dengan demikian, kita hanya memiliki satu misi, yakni misi Kongregasi: mendidik kaum muda melalui pendidikan formal. Jika direnungkan sesungguhnya misi Kongregasi sesungguhnya adalah mengambil bagian dalam misi perutusan Yesus, yakni menghadirkan atau menciptakan kerajaan Allah di dunia, melalui dunia pendidikan. Itu artinya melalui karya pendidikkan, para Frater, para guru, karyawan, harus bisa menghadirkan atau menciptakan kerajaan Allah di satuan pendidikan melalui pembelajaran yang menyenangkan, melalui pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.

Artinya, pembelajaran harus bisa menjawabi kebutuhan peserta didik. Selain itu, juga para pendidik harus bahagia, harus sejahtera lahir dan batin, dengan menciptakan iklim kerja yang kondusif. Para guru harus bisa membuat peserta didik nyaman saat pembelajaran, juga harus membelajarkan peserta didik dari perbendaharaan pengetahuannya. Sebab, “tak seorang pun memberi apa yang ia sendiri tak punyai,” (nemo dat quod non habet).Selain itu, para pendididik dan tendik juga harus dapat menghadirkan atau menciptakan kerajaan Allah melalui cara hidup, cara bersikap, cara berperilaku, cara bertutur kata, dan cara bertindak yang baik dan menyenangkan alias melalui teladan hidup. Ada ungkapan Latin: “verba movent exempla trahunt”, yang artinya “kata-kata memang dapat menggerakkan orang, tetapi teladan itulah yang menarik hati”. Atau “verba docent, exempla trahunt”,yang artinya “kata-kata yang mengajar, tindakan yang memberi teladan”.

Akhirnya, dengan satu misi, maka kita semua Frater harus memfokuskan diri pada pencapaian misi Kongregasi tersebut. Oleh karena misi Kongregasi adalah pendidikkan kaum muda, maka kita harus mengelolanya dengan baik agar berkualitas, sehingga tidak hanya dapat mewujudkan misi, melainkan mewujudkan misi yang berkualitas.

4. Duc in Altum (Bertolaklah ke Tempat yang Lebih Dalam)
Ungkapan di atas adalah perintah Yesus kepada Simon Petrus, pemilik perahu untuk “bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkan jala untuk menangkap ikan”. Menanggapi perintah itu, Simon menjawab, “Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga.” Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak. Inilah buah dari ketaatan Simon atas perintah Yesus. Bahwa perintah Yesus kepada Simon, bukanlah perintah kosong, melainkan sebuah ajakan atau perintah untuk tidak berhenti pada satu situasi, melainkan berani terus melangkah, apa pun risikonya. Kata-kata Simon, “Tetapi karena Engkau yang menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga”,inilah ungkapan ketaatan Simon, yang memperlihatkan penyertaan Yesus di dalamnya. Pergi ke tempat yang dalam dengan penyertaan Yesus seperti Simon, kita pun akan menghasilkan banyak berkat.

Duc in Altum (bertolaklah ke tempat yang dalam), bisa dimaknai sebagai sebuah tantangan atau ancaman (threats), sekaligus peluang atau kesempatan (opportunities). Namun demikian, kuasa dan penyertaan Tuhan menjadi sangat penting. Bisa dibayangkan, Simon seorang nelayan yang profesional, bekerja keras semalaman untuk menangkap ikan, tetapi hasilnya nihil. Dan hal yang tidak lazim menangkap ikan di pagi/siang hari, tetapi justru menangkap banyak ikan. Di sinilah peran dan kuasa Tuhan bekerja. Bahwa tanpa bantuan Tuhan tidak mungkin Simon dapat menangkap ikan yang banyak. Ikan yang banyak ditangkap itu ada di tempat yang dalam, yang penuh tantangan atau ancaman yang berat, tetapi membawa berkat, karena peran Tuhan. Dari sini kita belajar bahwa sehebat, sepintar, seprofesional apa pun kita, kalau tanpa campur tangan Tuhan, usaha kita akan sia-sia belaka. Juga dari sini kita belajar bahwa tantangan atau ancaman yang sulit dan berat bisa dijadikan peluang atau kesempatan untuk bisa meraih kesuksesan. Ibaratnya, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Atau “per aspera ad astra”,yang artinya“menuju bintang melalui jerih payah”.

Penutup
“Jika Anda ingin berjalan lebih cepat, berjalanlah sendirian; jika Anda ingin berjalan lebih jauh, berjalanlah bersama orang lain” – Pepatah Ubuntu, Afrika.

Demikianlah refleksi terkait tema Yubileum 150 tahun Kongregasi Frater-frater Bunda Hati Kudus (BHK): One Heart, One Spirit, One Mission, Duc in Altum.Bahwa Satu Hati, Satu Semangat, Satu Misi, bukanlah sesuatu yang mudah untuk dihidupi atau dihayati. Mengapa? Sebab, setiap Frater memiliki hati yang bermacam-macam, setiap Frater memiliki semangat yang berbeda-beda, setiap Frater juga memiliki misi-misi pribadi. Untuk mengintegrasikan atau meleburnya menjadi satu dengan misi tarekat tidaklah mudah, maka perlu proses dan waktu, untuk melepaskan ke aku-an atau ke ego-an kita para frater. Untuk itu, kita harus berani bertolak ke tempat yang dalam (duc in altum) untuk melemparkan jala ke-aku-an atau ke-ego-an kita, agar mendapatkan banyak berkat. Duc in altum bisa juga berarti relung hati terdalam kita, maka kita harus berani untuk masuk ke kedalaman hati kita untuk mengintrospeksi diri.

Jadi, satu hati dalam menghayati spiritualitas hati menuntut dan mendorong setiap Frater untuk menggunakan hati yang digerakan oleh Roh Kudus. Spiritualitas Hati mengajak kita untuk dalam hidup bersama, dalam hidup karya atau apostolat, kita bergerak, tergerak, dan menggerakan sesama dengan hati yang digerakan atau dibimbing oleh Roh Kudus. Satu semangat mengajak kita para Frater untuk memiliki militansi dan etos dalam menjalani hidup dan karya kerasulan yang dipercayakan kepada kita masing-masing.

Semangat cinta kasih, ketaatan, ingkar diri, kesederhanaan, dan suka bekerja, sedapat mungkin harus terpatri dan terinternalisasi dalam hidup kita para Frater BHK. Demikian pula dengan satu misi, mengajak kita untuk menyadari bahwa misi tarekat adalah mengambil bagian dalam misi perutusan Yesus, yakni menghadirkan Kerajaan Allah melalui pendidikan kaum muda. Oleh karena itu, setiap Frater harus menyadari bahwa dirinya adalah rekan atau mitra kerja Yesus dalam menghadirkan atau menciptakan Kerajaan Allah di dunia melalui pendidikan. Duc in altum menuntut, mendorong, dan mengajak kita untuk keluar, melepaskan diri dari zona kenyamanan kita. Setiap Frater harus bisa berubah dalam mindset, dari cara berpikir yang mikro ke yang makro atau visioner. Duc in altum menuntut kita untuk berani melangkah membawa Kongregasi ke tempat yang dalam, berupa melebarkan sayap, membuka karya baru, walau banyak risiko karena yakin akan penyertaan Tuhan.

Akhirnya, One Heart, One Spirit, One Mission, Duc in Altum, hanya bisa terwujud dengan baik, kalau kita para Frater memiliki komitmen dan keyakinan untuk bergerak bersama-sama dan bersama-sama bergerak demi kebaikan bersama (bonum commune). Ingat, peziarahan para Frater dan Kongregasi kita masih sangat panjang, maka kita perlu berkolaborasi, perlu melangkah bersama-sama menuju tanah Terjanji, tanah air Surgawi. Mari, jadikan pepatah Ubuntu, Afrika, di atas sebagai inspirasi bagi kita. Selamat berefleksi!

Fr. M. Yohanes Berchmans, BHK

About fraterbhk

Check Also

Cerita Kecil Seorang Calon Guru

Udara pagi tampak cerah hari itu, semua warga sekolah disibukkan dengan aneka tugas yang sudah …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.