Uskup Agung kedua keuskupan Utrecht, Mgr. Andreas Ignatius Schaepman adalah pendiri Kongregasi para frater Bunda Hati Kudus. Ayahnya Mr. Petrus Splinterus Schaepman, lahir pada 20 Januari 1782 di Zwolle dari keluarga patritian beragama Katolik yang tempat asalnya sebenarnya dari sekitar Munster Jerman. Pada umur 27 tahun ia diangkat dalam Dewan Pemerintahan Harian Kota Zwolle itu serentak menjadi wakil jaksa pada pengadilan di kota itu. Ia menikah dengan Euphemia Yohana Brigitta Kistemaker. Perkawinan mereka diberkati dengan sembilan orang anak. Andreas adalah anak kelima dari sembilan bersaudara yang lahir pada tanggal 4 September 1815. Ayahnya terkenal karena keadilannya yang tulus dan hubungannya yang baik dengan mereka yang pada masa itu masih disebut “orang-orang yang berfaham lain”, yakni kaum Protestan. Sifat-sifat ayahnya ini kemudian diwarisi juga oleh Uskup Agung Andreas Schaepman dikemudian hari seperti tercatat dalam karangan bermacam-macam faham. Di kota Zwolle tetap berdiri rumah orangtua Mgr. Schaepman di Jalan Thorbecke, yang pada masa itu masih bernama “De Djik” yaitu Tanggul.
Peran serta orang-tua Uskup Agung dalam kehidupan paroki St. Mikael terlihat dari suatu catatan pastor Roelofs yang tersimpan dalam arsip paroki. Ditulisnya bahwa pada tahun 1866 Mgr. Schaepman menerimakan sakramen krisma kepada 274 calon dan sebagai bapa,ibu pendamping dalam sakramen penguatan ini adalah Baron Fransiskus Van Lamsweerde dan Nyonya Brigitta Schaepman, ibu uskup. Suatu catatan lain ditulis oleh gembala paroki ini sendiri dalam dalam bahasa mulia masa itu Anno 1868 : “ Hari ini tanggal 9 April 1868, hari ulang tahun Ibunda Uskup Agung. Kami pastor paroki dan pembantu pastor mengunjunginya untuk mengucapkan selamat kepadanya. Hari itu hari kamis putih. Pada kesempatan itu kami dapat menyaksikan, betapa berbahagianya seorang ibu pada masa usia lanjut. Hari itu dirayakan hari ulangtahunnya yang ke 82, dikelilingi enam anak laki-laki, lima diantaranya sudah kawin dan yang keenam adalah uskup agung. Para isteri putera-puteranya bersama cucunya datang mengucapkan selamat dan mempersembahkan karangan-karangan bunga kepadanya. Juga hadir kedua puterinya yang tidak kawin sementara Mgr. Schaepman mengirimkan telegram selamat dari Rijsenburg. Ibunda itu masih sehat walafiat, riang gembira dan berbahagia diusia sejahnya. Beberapa kali wanita sederhana itu menceriterakan bahwa pada kematian suaminya secara mendadak, ia tinggal bersama kedelapan anaknya, tanpa penghasilan, dan bahwa anak-anak nya tidak dibesarkan secara mewah, tetapi mereka senang sekali memperoleh makanan sederhana dan pakaian yang biasa”.
Suaminya meninggal pada usia 55 tahun pada tahun 1837 dan ia (ibunda Mgr. Schaepman) meninggal pada tahun 1870. Mengenai kehidupan pribadi pendiri kongregasi ini tidak diketahui secara detail. Ada cerita tentang masa kecil Schaepman bahwa pada tahun 1882 setelah wafatnya pemimpin gereja (Paus Pius X), ia pernah berhadapan dengan maut. Pada saat terakhir ia diselamatkan dari mati tenggelam. Namun lebih banyak mengenai peristiwa itu tidak disebut. Lebih banyak diceriterakan mengenai pendidikannya sebagai anak. Oleh karena penutupan Seminari menengah di Cullenborg pada tahun 1825-1841 oleh Raja Willem I, Andreas Schaepman terpaksa mengikuti pendidikan di luar Jerman antara lain; Sekolah Swasta Partikelir di Ravenstein dan Gymnasium di S’Herenberg. Ia menunjukkan bakatnya menggambarnya ketika di sekolah. Kesukaannya dalam bidang seni terlihat jelas ketika Schaepman mengembangkan kesenian gereja, sebuah catatan oleh penulis yang tidak diketahui namanya. Pada tahun 1833 ia studi di Seminari Agung di Oldenzaal sebagai persiapan untuk panggilan imamatnya. Ilmu ke Tuhanan dipelajarinya di Seminari pada masa itu di Heerenberg. Pada tanggal 10 Maret 1838 ia ditabiskan oleh Mgr. C. Levan wijkerslooth, Uskup Curium. Uskup ini tidak mengambil bagian dalam pimpinan gereja negeri Belanda masa itu, yang masih secara organisatoris merupakan wilayah misi. Uskup Van Wijkerslooth ini selama 18 tahun memberkati gereja-gereja, menabiskan imam-imam, lagi menerimakan kepada banyak orang Katolik di Nederland Utara sakramen krisma.
Setelah tabisan, Romo Henricus van Kessel, Imam Agung Salland dan Drente melantiknya menjadi kapelaan di Gereja Steegjes di Zwolle, sebuah induk gereja dengan memiliki banyak gereja stasi di daerah Zending Belanda. Pada 1843 A.I. Schaepman dilantik menjadi pelayan sejumlah paroki di Ommerschans, dan pada tahun 1846 ia dilantik menjadi pastor di Assen. Di kota kecil ini pastor Schaepman membaktikan diri secara khusus kepada karya ditengah-tengah kalangan paling miskin masyarakat setempat. Suatu penanganan praktis masalah sosial secara terbatas, jauh sebelum ketika masalah keprihatinan kepada kaum kecil memperoleh perhatian umum. Sesudah sepuluh tahun pastor di kota Assen, pastor Schaepman pulang ke kota tempat kelahirannya pada tahun 1857, sebagai pastor paroki gereja St. Mikael. Pada masa itu terjadi banyak reorganisasi sebagai akibat dari pemulihan atau pendirian hirarki gereja Katolik di Nederland pada tahun 1853. Bentuk reorganisasi ini terwujud dalam pendirian paroki-paroki baru, dan paroki-paroki lain perlu dibagikan kembali. Pastor A.I. Schaepman harus bekerja sama dengan mantan Imam Agung dan deken di Kessel, dan pastor paroki dari Paroki Santa Perawan Maria, membagi kota Zwolle untuk calon-calon paroki, menjadi 2 dalam wilayah propinsi gereja, atas paroki-paroki Santa Perawan Maria dan Santo Michael. Hal itu berjalan sebagaimana direncanakan dan setelah pendirian-pendirian paroki itu atas dasar hukum kanonik, A.I. Schaepman pada tanggal 31 Desember 1854 mendapat pelantikan menjadi pastor di paroki baru, yakni Paroki Santo Michael.Perkara yang begitu sulit dan merepotkan ini diatur secara baik oleh pastor Schaepman bersama rekan pastornya di paroki St. Maria. Perhatiannya terhadap kehidupan biara telah nampak terlebih dahulu antara lain usahanya membantu kebiaraan di Zwolle terhadap Kongregasi Suster Cinta Kasih Santa Perawan Maria, Bunda Berbelas Kasih (SCMM), yang didirikan di Tilburg pada tahun 1832. Kongregasi Suster Cinta Kasih dari Tilbur telah mendirikan sebuah komunitas di Zwolle pada tahun 1844 dan melebihi pastor di Kessel, pastor A.I Schaepman, ketika menjadi pastor di Zwolle memberi bantuan finansial kepada kongregasi suster itu. Apakah Mgr. Zwijsen mengetahui sikap simpatik pastor A.I. Schaepman terhadap kongregasi suster dari Tilburg ini, tidaklah diketahui secara pasti. Yang diketahui pasti ialah bahwa pastor A.I. Schaepman mendapat penghormatan terhadap sikap kreatif dari perhatian yang tetap, Yang Mulia Uskup Agung Utrecht Joannes Zwijsen. Hal ini menyebabkan bahwa pastor A.I. Schaepman dalam banyak hal selalu dimanfaatkan oleh Mgr. Joannes Zwijsen untuk rencana-rencana selanjutnya
Pada saat yang sama, Uskup Agung Zwijsen sibuk dengan usaha pendirian suatu seminari tinggi untuk keuskupan agungnya. Di wilayah Rijsenburg Mgr. Zwijsen berhasil membeli suatu rumah besar dikelilingi halaman yang luas dari keluarga Van Oorthuyze-Van Rijckevorsel. Tempat ini akan menjadi tempat kediaman para siswa semenari tinggi. Seruan permintaan dukungan untuk pembangunan seminari ini disambut baik oleh kaum beriman sehingga Mgr Zwisen dapat memulai pembangunan gedung baru di tanah itu. Setelah pembangunan fisik selesai, pemilihan seorang kepala (presiden) untuk lembaga pendidikan seminari tinggi ini, adalah suatu perkara yang berat. Banyak orang dikalangan klerus tinggi , takut menjabat tugas ini. Lalu perhatian Mgr. Zwijsen, ahli psikologi, diarahkan kepada pastor Schaepman dan Ia sendiri berpendapat bahwa seorang imam tidak berhak untuk menolak desakan uskupnya. Pada tanggal 23 Juli 1857 pastor A.I. Schaepman dilantik menjadi Presiden Pertama Seminari Agung yang baru di kota Rijsenburg oleh Mgr. Joannes Zwijsen. Selanjutnya belum berselang satu tahun, pastor A.I. Schaepman, presiden Seminari Agung Rijsenburg itu dilantik oleh Yang Mulia Mgr. Zwijsen menjadi Vikarius Jenderal Keuskupan Agung Utrecht. Pada kesempatan audensi pastor Vikjen A.I. Schaepman pada YM Uskup Agung Joannes Zwijsen di istana keuskupan “Huize Gerra” pada tahun 1858, ia mendapat kesempatan berkenalan dengan staf pimpinan seminari agung tetangga dan biara Suster Cinta Kasih serta Frater Tilburg. Vikjen A.I Schaepman merasa terpengaruh oleh kehidupan iman di Propinsi Brabant yang Katolik itu, yang baginya sebagai seorang dari kelahiran Sallander, dari wilayah Zending Protestan hampir tidak pernah mengetahuinya. Dalam kunjungan ini tentu terciptalah suatu hubungan silaturahmi terhadap motivasi, suatu alasan mengapa A.I. Schaepman di kemudian hari bercita-cita membangun sebuah kongregasi guru pendidik sesuai contoh teladan para Frater Tilburg. Akan tetapi untuk sementara beliau banyak mendengarkan perencanaan YM Mgr. Joannes Zwijsen.
Pada tanggal 8 Desember 1858, presiden seminari agung dan vikaris jenderal ini masih harus menerima suatu pelantikan menjadi ketua dari kapitel Utrecht yang direhabilitasi. Dan pada 31 Maret 1860 diikuti dengan pengangkatan yang keempat menjadi pleban pastor kepala dari katedral atau gereja Santa Katharina Utrecht sebagai pengganti Wilhelmus de Jong. Terutama lewat pelantikan terakhir ini, YM. Mgr Joannes Zwijsen bermaksud agar pastor A.I. Schaepman pada waktu itu menjadi terbiasa, agar dari pihak Protestan tidak banyak memberikan kritik yang tajam sebagai reaksi, pada pengangkatannya sebagai uskup. Seolah-olah pengangkatan-pengangkatan jabatan belum juga selesai, pada tanggal 17 Mei 1860, pleban, pastor kepala Katedral Uskup Agung Utrecht, A.I. Schaepman dilantik lagi menjadi Deken kota Utrecht. Untuk kesempatan ini, Mgr. Zwijsen membagi dekenat ini menjadi 6 wilayah dekenat yakni 6 paroki di kota Utrecht sedangkan 9 paroki yang lain di luar kota Utrecht tergabung dalam dekenat Monfoort.
Maksud sebenarnya dari yang mulia Mgr. Joannes Zwijsen hampir tercapai yakni pada tanggal 3 Juli 1860, dengan pelantikan deken A.I. Schaepman menjadi uskup titulair dari Hesebon dan coadjutor uskup agung Utrecht. Bagi uskup coadjutor yang baru, pelantikan itu bukanlah suatu yang datang secara tiba-tiba. A.I. Schaepman mengenal isyarat Mgr. Joannes Zwijsen, dan juga internutius S.M. Veechiotti. Sementara Mgr. Joannes Zwijsen sebaiknya menghendaki takhta keuskupan Agungnya di Utrecht diserahkan, agar beliau tetap membatasi menjadi Uskup s’Hertogenbosch, Internuntius Mgr. Veechiotti lebih menghendaki agar Mgr. Joannes Zwijsen tetap menjadi Uskup Agung Utrecht, sedangkan takhta keuskupan di s’Hertogenbosch diserahkan kepada Uskup coadjutor Mgr. Joannes Zwijsen yakni Mgr. Joannes Deppen. Pelantikan Mgr. A.I. Schaepman menjadi coadjutor Uskup Zwijsen di Utrecht berarti bagi internuntius suatu kekalahan yang dirasakan sekali dan merupakan suatu penaklukan kekuasaan hirarki. Hal kekalahan internuntius itu diperlunak oleh peristilahan coadjutor yang belum berarti mempunyai hak sebagai pengganti. Namun pentahbisan Uskup Mgr. A.I. Schaepman di mana Mgr. Joannes Zwijsen tidak mengundang internuntius Mgr. Veechiotti, yang dilaksanakan bukan di Katedral di Utrecht tetapi di kapel Seminari Agung Rysenburg. Hal itu untuk menghindari reaksi pihak Protestan. Mgr. Fransiscus van Vree, Uskup Haarlem bertindak sebagai Uskup pentahbis pertama dibantu oleh Mgr. Joannes van Genk dan Joannes Deppen, Uskup pembantu Breda dan Den bosch.
Masa depan Mgr. A.I. Schaepman sebagai Uskup Agung Utrecht ke-2, menjadi definitif oleh surat permohonan Mgr. Joannes Zwijsen ke Roma pada tanggal 1 juni 1862 agar uskup pembantunya Mgr. A.I. Schaepman di Utrecht dilantik menjadi coadjutor dengan memiliki hak sebagai pengganti menduduki tahta Uskup Agung Utrecht. Sudah sejak tahun 1859 Kongregasi Propaganda Fide telah menjanjikan uskup auxiliaries. Dewan Propaganda Fide sekarang masih harus memilih lagi antara calon yang diusulkan sesuai pendirian internuntius Mgr. Veechiotti atau sesuai usul saran Mgr. Joannes Zwijsen yang minta berhenti dan menyerahkan tahta Keuskupan Agung Utrecht kepada Mgr. A.I Schaepman. Sesuai advis terakhir Dewan Propaganda Fide, maka pada tanggal 19 Desember 1862 Bapak Suci Pius IX melantik Mgr. A.I. Schaepman menjadi Uskup Coadjutor Keuskupan Agung Utrecht dengan hak sebagai pengganti menduduki tahta Keuskupan Agung Utrecht itu. Pengangkatan itu bagi Uskup Agung Utrecht yang akan datang pada kenyataannya tidak terlalu banyak artinya, karena sebagaimana lazimnya Mgr. A.I. Schaepman selalu menghargai atasannya Mgr. Joannes Zwijsen dan selalu mendengar petunjuknya. Pada kenyataannya penggantian menduduki tahta Keuskupan Agung Utrecht baru terlaksana pada tanggal 4 Februari 1868, ketika Mgr. Joannes Zwijsen secara definitif menarik diri dari Keuskupan Agung Utrecht hingga wafatnya pada 16 Oktober 1877 bertindak sebagai Uskup s’Hertogenbosch yang kedua.
Uskup agung baru memilih semboyan dan papan lambangnya “In Sollicitudine et Simplicitate” yang berarti dalam keprihatinan dan kesederhanaan. Semboyan ini menginspirasinya dalam memimpin gereja di keuskupan Utrech. Ia adalah seorang gembala yang penuh perhatian dan berhati sederhana. Simbol keuskupannya Papan namanya memperlihatkan seorang gembala dikelilingi beberapa ekor domba. Gambar ini mengilhaminya dan cocok dengan namanya. Ia mewujudnyatakan sikap seorang gembala sejati ini dalam banyak kesempatan dan waktu. Ia memberikan contoh dengan perhatiannya yang mendalam sebagai Pleban (Pastor Kepala Katedral) kepada para pekerja dan sikapnya ini sesuailah dengan garis-garis kegiatannya dulu. Hal ini nyata dari kontak dan sikap hidup yang ramah tamah yang tetap terpelihara diantara para penghuni rumah baru dan ia yang pernah menjadi pastor gereja St. Katarina yaitu nama pelindung katedral.
Setelah Paus Pius IX menyetujui hal ini dan pada tanggal 9 Maret 1868 diadakan upacara instalasi uskup agung baru di dalam katedral St. Katarina. Sedikit waktu sesudah menduduki tahkta uskup agung Utrecht secara resmi, Mgr mengunjungi dalam jabatannya sebagai uskup ke Seminari di Rijsenburg untuk pertamakalinya. Kunjungan ini menunjukkan perhatiannya yang besar untuk pendidikan imam-imam muda. Para seminaris berusaha sekuat tenaga mereka untuk menghormati kekuasaan tertinggi gereja mereka secara layak dan pantas. Disediakan untuk uskup agung suatu takhta khusus. Akan tetapi menurut Schaepman ini berlebihan untuk seorang Schaepman yang sederhana ini, sambil tertawa ia menolak untuk duduk diatasnya dan hendak mundur. Tetapi para seminaris tahun teologi mengerumuninya dan mengantarkannya kedalam ruangan pesta. Inilah kemenangan untuk para siswa, akan tetapi Mgr akan memenangkan pertaruhan yang berikut. Sebelum seseorangpun dapat mencegahnya, Mgr menduduki kursi pertama disamping tahkta yang mulia itu dan tetap duduk disitu, tak tergoyakan bagaikan batu wadas Petrus. Dalam sikap ini diterimanya penghormatan yang dibawakan oleh para pembantunya dan para seminaris.
Sikap sederhana yang ditunjukkan lewat sikap hidupnya yang selalu ingin berada ditengah orang-orangnya dan tidak ingin berada diatas mereka, akan menjadi lebih jelas lagi selama hari-hari penuh kesulitan sesudah mengambil alih pimpinan diosis. Eropa dilanda wadah kolera yang juga menjalar sampai ke Nederland. Kota Utrecht juga di timpa secara hebat. Orang-orang sakit dibawa kepada apa yang disebut “rumah kolera”. Setiap orang mengenalnya dan tahu akan kunjungan hampir setiap hari oleh Mgr Schaepman ke tempat yang penuh dengan penderitaan dan kengerian yang menakutkan ini. Inilah bentuk perhatian dan keprihatinannya yang nyata. Suster-suster di bawah pimpinan muder Patrisia yang disayangi oleh semua orang, disemangatkannya agar terus membaktikan diri dengan cinta kasih dan pengorbanan untuk merawat para penderita itu. Muder Patrisia inilah yang pada tahun 1873 akan berdiri dibuaian kongregasi kecil para frater di rumah mereka di pasar Genzen di Utrecht. Dalam lingkungan keluarganya sendiri, Mgr mengalami juga peristiwa-peristiwa gembira dan berduka. Kedua saudaranya, Gerrit dan Karel mendahului Mgr meninggal dunia. Putera saudara yang disebut terakhir tadi, Tonnie ditahbiskan menjadi imam. Imam ini kemudian memperoleh gelar doktor di Roma untuk hukum gerejani dan hukum sipil. Juga keponakannya, penyair dan politikus terkenal, Dr. Herman Schaepman, ditahbiskan imam. Ia terus menata dan meletakkan dasar-dasar keuskupan yang kuat untuk keuskupan agung yang masih baru didirikan. Uskup agung ini, yang banyak menaruh perhatian akan kesenian dan sejarah, menjadi pendiri museum Keuskupan Agung untuk kesenian dan masa lampau gereja. Untuk museum itu telah diletakkannya dasar pertama pada tingkat tertinggi tempat kediamannya sendiri dengan mengumpulkan hibah-hibah dan pembelian-pembelian. Pendorong besar dalam usahanya ini adalah Kapelan Heukelum yang kemudian menjadi kenservator museum itu. Sesudah masa permulaan museum itu bertahun-tahun lamanya berada didalam suatu gedung Kongregasi kita di Nieuwe Gracht, Utrecht. Di situ museum itu di kunjungi oleh Ratu Sofia, Isteri Pertama Raja William III. Mgr sendiri ditemani oleh konservator Heukelum, menghantar Ratu melalui museum. Hari berikutnya Ratu dengan perantaraan Gubernur Provinsi menghadiahkan kepada Bapa Uskup suatu tanda penghargaan, dengan pengakuan tertinggi bahwa kegiatan Mgr demi kesenian di Kota Utrecht sangat dihargai. Musik gereja juga sangat diperhatikkannya. Koor katedral adalah salah satu koor pertama yang dibentuk seturut koor-koor St. Sesillia di Jerman. Pada tahun 1877 Mgr mengirim Kapelan Le Blanc ke Kota Rijsenburg di Jerman untuk mempelajari musik gerejani. Imam itu sesudah selesai studinya membawa koor gereja katedral kepada suatu tingkat yang lebih bagus. Perhatiannya untuk sejarah diwujudkannya dengan mendirikan perkumpulan untuk arsip Keuskupan Agung, yang bertujuan untuk mengumpulkan segala karangan dan surat lama yang berharga dan untuk menerbitkan segala bahan yang belum pernah dicetak dalam buku tahunannya . Ia juga mencurahkan banyak waktu untuk para militer yang beragama katolik, serdadu-serdadu pada masa itu masih sering dipandang sebagai orang-orang hina yang sebenarnya tidak ada tempat di dalam masyarakat Kristiani. Disamping itu, perhatian dan keprihatinan utama Mgr Schaepman adalah dunia pendidikan terutama pendidikan Katolik; puluhan sekolah dibangun pada masa jabatannya sebagai uskup. Didirikannya perkumpulan St. Lebuinus, suatu perkumpulan untuk pendidikan dan persekolahan swasta dan dikaitkan dengan perkumpulan itu suatu dana pensiun. Sebab sebelum undang-undang yang menyamakan persekolahan pemerintah dan swasta, guru-guru persekolahan swasta tidak memerima pensiunan negara.
Ia mendirikan juga sebuah Kongregasi yang menangani dunia pendidikan di Keuskupannya. Nama kongregasi ini adalah Kongregasi Frater Bunda Hati Kudus , seturut contoh kongregasi-kongregasi pendidikan dan pengajaran Mgr. Zwijsen di Nederland Selatan. Disamping banyak pekerjaan didalam keuskupan sendiri, Mgr. Schaepman juga membantu rekan –rekan uskupnya yang jatuh sakit didalam keuskupan lain, dengan mengadakan perjalanan penerimaan sakramen krisma bagi mereka. Yang istimewa adalah perjalanannnya ke provinsi Overijssel. Disitu diterimanya sakramen penguatan kepada ribuan pemuda Jerman. Dijerman hal ini tidak mungkin berdasarkan “kutulkamp” yang mengakibatkan berbagai uskup ditahan atau dibuang. Diantara para calon sakramen penguatan itu pernah ada sekelompok orang beriman muda dari kota Nordhorn. Mgr menegaskan bahwa ia sendiri ingin menerimakan sakramen itu kepada mereka, sebab pada hari yang sama lima puluh tahun yang lalu beliau sendiri menerima sakramen itu di kota Nordhorn, karena pada waktu itu belum ada seorang uskup di Nederland.
Uskup agung itu tidak memelihara diri dengan baik. Istirahat tidak diambilnya, sampai sudah terlambat. Pada tahun 1882 beliau pergi ke kota Neuenahr demi pemilihan kesehatannya, namun tidak tertolong lagi. Pada bulan Januari para dokter berpendapat bahwa Mgr lebih baik diterimakan sakramen orang sakit. Dalam kesadaran penuh Mgr menerimanya, dari tangan pastor Meuenahr. Mgr Schaepman ingin sekali untuk meninggal dunia ditengah-tengah mereka yang dipercayakan kepadanya di Utrecht. Dengan kerja sama besar jawatan kereta api Jerman, beliau diangkat ke kota keuskupannya. Berminggu-minggu lamanya Ia menderita sakit. Seorang saudarinya sendiri dibantu oleh beberapa suster dari Tilburg merawatnya. Ratu dan putera mahkotanya menyatakan turut perihatin dengan Bapa Uskup. Pada salah satu hari terakhir hidupnya uskup mengirim sebuah surat kepada bapak suci. Pada hari minggu, 17 September Mgr memberkati sebagai uskup semua imam dan semua orang beriman keuskupannya, dengan dihadiri Vikaris Jendral dan Proost kapitel serta mereka yang serumah dengannya. Malam hari dari tanggal 18-19 September, beliau setengah duduk, setengah berbaring dalam kursi orang sakit. Kesadarannya hampir seluruhnya hilang. Sebelum pukul empat sekretaris Uskup, pastor Kortanhorst mempersembahkan misa untuk orang yang menghadap sakrat maut, tetapi sesudah segera Vikaris Jendral datang untuk memberitahukannya agar misa kudus diteruskan untuk istirahat kekal jiwa bapa uskup yang baru saja meninggal. Menjelang pukul delapan surat kabar Utrechtsch Dagblari menyiarkan buletin berikut di dalam kota “Paduka yang Mulia; Mgr. Andreas Ignatius Schaepman, Uskup Agung Utrecht, uskup pembantu pada tahta suci , kesatria dalam Ordo Nederlandse Leeuw, Metropolitan Provinsi Gereja Nederland, sesudah lama menderita sakit tadi pagi telah meninggal dunia dengan tenang”.
Pada pagi itu jenasah beliau, berpakaian uskup agung dibaringkan pada suatu usungan kemegahan didalam kamar jenasah. Banyak orang berdoa sambil berjalan melewati jenasahnya penuh hormat. Katedral disiapkan untuk upacara kabung. Mulai kamis pagi pukul enam ribuan orang akan berjalan disepanjang usungan kemuliaan yang ditempatkan dibagian depan gereja. Hari itu dan malam berikutnya suster-suster membentuk barisan kehormatan yang terus berdoa disekeliling jenazah orang yang dicintai. Pada hari Jumat tanggal 22 September 1882 pukul sembilan mulailah misa requem Pontifikal, seluruhnya sesuai dengan pendirian-pendirian masa itu yang suka akan kemegahan dan keagungan lahiriah Mgr. Paradis yang berusia 87 tahun, uskup di Roermond, mempersembahkan misa kudus tersebut dibantu oleh para anggota Kapitel Metropolitan. Misa requem ini dihadiri juga oleh beberapa uskup antara lain Mgr. Snickers, Uskup Haarlem yang akan menggantikan Mgr. Schaepman pada Tahta St. Willibrordus. Putera mahkota diwakili oleh ajudannya, Letnan Kolonel Artilleri Hojel. Seluruh klerus tinggi provinsi Gereja Nederland hadir. Para provinsial semua ordo dan kongregasi yang bekerja di negeri itu. Pastor katedral berkotbah dalam misa requem ini. Dalam khotbahnya ia mengutip kata-kata St. Paulus yang memuat semboyan dan lambang bapa uskup yang telah meninggal dunia: “Barang siapa yang memberi, agar ia memberi dengan sederhana, barang siapa yang memimpin agar ia memimpin dengan penuh keprihatinan dan barang siapa berbelaskasih, supaya ia berbelaskasih dengan gembira”.
Sesudah absoute disusun perarakan ketempat pemakaman dengan antara lain 42 kereta. Gubernur provinsi Utrecht turut serta, seperti juga seluruh keluarga Mgr. Diatas peti jenazah diletakkan stola, mitra dan tongkat beserta salib uskup, serta salib atau lencana Ordo Nederlandse Leeuw. Hanya dengan pelan orang melangkah maju melalui orang banyak yang berkerumun disepanjang jalan dan di pekuburan, menuju ke kapel orang mati yang baru selesai dibangun pada pekuburan St. Barbara. Sesudah nada-nada terakhir dari lagu permohonan Liberame, Domine (bebaskanlah aku ya Tuhan) telah lenyap, jenazah gembala tercinta diturunkan kedalam liang lahat. Tulisan pada lempeng kuningan yang dipasang pada batu nisannya berbunyi: Ossa et cineres Reverendissimi et illustrissimi Domine et Patris Andreas Ignatius Schaepman, Archiepiscopi Ultrajectensis. Obitt 19 September 1882 (tulang belulang serta sisa paduka yang mulia TuanAndreas Ignatius Schaepman, uskup agung Utrecht. Meninggal dunia pada tanggal 19 September 1882). Dengan demikian uskup agung ketiga Utrecht ini menantikan hari kebangkitannya pada hari kiamat dibawah perimanan kapela pekuburan. Perhatian yang besar waktu beliau meninggal dunia dan dimakamkan merupakan pernyataan pujian yang terindah atas kehidupannya.
Tim Spiritualitas