Maria Bunda Hati Kudus: Hadir di bawah Salib-Nya, memandang Hati-Nya yang Tertikam (Puncak Peran Maria dengan gelar Bunda Hati Kudus)
Pengantar
Maria dengan gelar Bunda Hati Kudus merupakan pribadi istimewa bagi Kongregasi Frater BHK dan setiap frater. Sosok kepribadiannya, pola hidupnya menjadi pola kemuridan dari setiap frater untuk dapat menimba kekayaan dari hati Puteranya. Sesuai dengan perkembangan Spiritualitas Hati, tempat Maria BHK tidak sebatas devosi saja sebagaimana pada awali kongregasi. Maria BHK hadir dalam konteks spiritualitas hati. Maria BHK adalah murid pertama yang mewartakan kekayaan hatiNya. Dalam konteks spiritualitas hati Frater Bunda Hati Kudus, posisi Maria BHK amat sentral dalam menentukan karakteristik kerohanian/spiritualitas kongregasi.
Ketiga patung Maria Bunda Hati Kudus menjukkan makna mendalam kehadiran Maria dalam relasi mendalam dengan Yesus Puteranya. Dalam konteks spiritualitas kongregasi; patung ketiga membawa makna mendalam bagi identitas dan panggilan Religius Frater. Maria Bunda Hati Kudus Kalvari berlandaskan refleksi biblis Maria berdiri di bawah salib Yesus Puteranya (Yoh 19:25-37; Konst. Ps. 51).
Beberapa Pokok Refleksi Maria Bunda Hati Kudus di Kalvari bagi Setiap Frater Bunda Hati Kudus
- Maria sungguh menyatu dengan Yesus putranya. Maria dianugerahkan kepada kita manusia. Maria dijadikan “ibu” untuk melahirkan umat yang baru, sebagaimana Yesus dilahirkan oleh Maria. Dalam dan lewat Maria Bunda Hati Kudus kita dilahirkan sebagai umat baru. Yesus menganugerahkan “relasi anak” dengan Bunda Maria sebagai “IBU”.
- Yohanes menjadi wakil dari Gereja atau orang beriman. Yohanes menerima Maria dalam rumahnya. “Rumah” bagi manusia adalah HATINYA. Di sanalah tempat dimana Allah bersemayam (bdk. Yoh 19:26-27).
- Yesus memberikan Ibu kepada Yohanes dan kepada kita sekalian (Yoh 19:27). Tindakan ini menunjukkan kasih sayangNya kepada kita. Kasih sayangNya itu berupa: 1) kasih sayang yang berharga di hati Yesus yakni Bunda Maria. 2) kasih sayang manusia kepada kita. Kasih sayang kepada kita tidak bisa terlepas kasih sayang kepada Maria. Kasih sayangNya itu memiliki warna khusus yang memberikan hatiNya yang mengalirkan air dan darah (bdk Yoh 19:34). Air menyimbolkan kasih dan darah pengampunan/pemulihan /pendamaian.
- Melalui Maria, apa yang hidup di dalam hati Yesus diberikan kepada Manusia. Maria memiliki misi khusus untuk mengalirkan kekayaan hatiNya kepada umat beriman. Ada tradisi doa dengan perantaraan Maria menuju Yesus. Dari Yesus menuju kepada Allah Bapa. Doa Rosario memiliki peranan penting dalam sejarah kerohanian.
- Salib merupakan puncak dari Cinta Yesus, yakni Hati yang tertikam dan mengalirkan air dan darah (dan Roh pada kesaksian Yohanes). Bunda Maria, seperti Yesus pula, bersatu dengan manusia melalui penjelmaan dan melalui wafatNya disatukan dalam cinta. Maria disatukan dalam cinta. Dan cinta itu memiliki warna khas cinta “keibuan”. Menerima cinta keibuan adalah memberikan apa yang paling dibutuhkan manusia (bdk Konst. Ps. 21) “Bila melihat Roh Kudus pada Maria maka Roh Kudus itu terbang menuju kita. “ (ungkapan rohani)
- Maria berada di bawah salib karena memiliki iman dengan kerendahan hati. Pada momen tersebut menandakan adanya kesetiaan, rela berkorban dan berbesar jiwa. Saat seperti itu memiliki maksud tertentu. Maria secara khusus mengajari anak-anaknya untuk berdiri (atau mendidik melalui teladan) supaya seperti Yohanes, berani berada dekat salib; mengkontemplasikan salib. Salib adalah “Cinta kasih khas Tuhan”. Wujud kasih sayang Tuhan kepada manusia. Cinta yang paling mendalam adalah memberikan apa yang paling berharga.
- Kontemplasi di bawah salib Tuhan ini lebih berfokus pada hati Yesus yang ditikam. Makna mendalam dari kontemplasi salib/cinta ini adalah “Semakin aku mencintai…., bukan sakit karena mencintai, melainkan dalam luka aku tetap mencinta” (Teresa Calcuta)
- Melalui salib di Kalvari, Yesus berharap supaya dapat menyatukan kita pada misteri cintaNya. Kita diajak untuk hidup dalam kualitas kemartiran. Di samping salib Yesus, berdirilah IbuNya, Bunda Maria. Maria dimasukkan dalam kemartiran Tuhan tanpa merasakan kesakitan yang dialami Yesus. Menyatu dengan Salib Yesus. Kemartiran Maria dalam tradisi Gereja Timur lebih disebut dengan “Kemartiran Putih”. Martir putih tanpa mengeluarkan darah adalah keperawanan Maria. Dalam kesuciannya, Maria bersatu erat dengan Yesus Puteranya.
- Dengan perasaan yang mendalam akan Maria Bunda Hati Kudus, serta melihat Maria yang menunjukkan bagaimana kekudusan hati itu dimiliki oleh Yesus yang kekhususannya tetap mencintai meski terluka. Undangannya bagaimana dalam kesederhanaan hati mengungkapkan cinta dan kebaikan Allah (Konst. Ps .52).
- Kita diundang untuk membangun relasi dengan Maria sebagai Ibu, seperti halnya Yesus telah membangun relasi dengan Maria sebagai IBU (Konst. Ps 51)
- Seluruh hidup Yesus yang tertuang dalam keempat Injil menunjukkan hidupNya “bagaikan hati yang terluka”. Dalam Bahasa Injil, hati yang terluka itu nampak dalam peristiwa Yesus ditolak, tidak dimengerti, disingkirkan, tidak dipahami, dikecewakan, ditinggalkan oleh murid-muridNya dan lain sebagainya.
- Kitab suci ditulis berlandaskan misteri cinta misteri salib. Hidup dalam tegangan-tegangan. Tuhan berkenan menganugerahkan IbuNya menjadi “Inspirasi, teladan, Ibu, Pengantara, Penguat, Pemersatu (Simbol “hati” tempat mempersatukan)”
- Maria menjadi “Ibu pemersatu” (konstitusi). Berkaitan dengan IBU, akan selalu berkaitan soal HATI; soal feminitas, keperempuanan. Istilah “Feminitas ilahi” muncul melengkapi Gereja yang terlalu tampil “maskulin”. Dalam doa Rosario “mempelai Allah Roh Kudus”- Roh- Ruang feminine, roh kesuburan jadi Maria bukan mempelai (usul teolog ttt)
- Para Frater selalu diundang untuk menghayati semangat “Bersama Maria; di samping SALIB”. Di samping salib bukan hanya di Golgota tetapi ada dimana-mana (pekerjaan, relasi, dll). Bagaimanapun keadaan yang kita hadapi, kita diundang untuk tetap berdiri tegak, beriman tegak bersama Maria di bawah Salib. Seturut teladan Maria untuk “mata tetap memandang ke atas (kuasa Allah dalam Yesus yang tersalib) dan Kaki tetap berada di dunia.” (tetap tidak lari, tidak meninggalkan rasa religiusitas, rasa hormat, rasa kerendahan hati, rasa kekudusan)
- Bersama Bunda Maria kita dipersatukan dengan Yesus yang lahir, senggara wafat dan bangkit. Momen cinta, menjadi tempat untuk bicara HATI KUDUS YESUS. Hati kudus ditunjukkan dalam pelayanan, kegembalaannya.
- Hati yang meringankan beban dianugerahkan bila kita menerima Maria sebagai Ibu sebagaimana yang diharapkan Yesus. Sebagaimana Yesus tumbuh berkembang karena Ibu Maria, demikian pula kita murid-muridNya. Yang paling utama adalah HATI yang Mencinta.
- Para frater hadir di tengah-tengah peserta didik “aku hadir demi engkau”, agar mereka mengalami kepenuhan (cinta) dalam hati Yesus yang kaya.
Fr. M. Patrik Totok Mardianto, BHK