Home / Sharing Inspirasi / Inti Perutusan Kita

Inti Perutusan Kita

Renungan Konstitusi Pasal 66

Inti perutusan kita adalah ikut mewujudkan kedatangan Kerajaan Allah di dunia ini …

Para Saudara terkasih,

Konstitusi pasal 66 secara detail memberikan arahan tentang perutusan kita di dunia. Perutusan lebih dipahami sebagai suatu misi yang berarti pelimpahan tugas dan tanggung jawab. Sebagai seorang religius Frater Bunda Hati Kudus, perutusan kita dilihat sebagai tugas dalam mengikuti panggilan Tuhan dan penyatuan hidup kita dengan kehendak Tuhan demi keselamatan umat manusia. Kita dipanggil Tuhan untuk disatukan dan dilibatkan dalam karya perutusan-Nya demi keselamatan manusia. Inilah tanggung jawab yang dilimpahkan kepada kita, orang yang terpanggil dalam persaudaraan Bunda Hati Kudus. Pelimpahan misi ini disertai dengan pemberian diri yang total kepada keselamatan dan kebahagiaan sesama.

Pengikraran kaul-kaul kita merupakan bentuk persembahan diri kepada Allah sekaligus pemberian diri kepada sesama. Kita menjadi pengantara berkat bagi sesama. Dalam lingkup hidup religius, kita menerima perutusan ini melalui para pemimpin yang diberi kuasa untuk mengatur hidup dan karya pelayanan kita sebagai seorang religius. Menerima segala bentuk keputusan pemimpin adalah suatu ungkapan pemberian diri kita kepada Allah demi kebaikan sesama. Kita belajar untuk menyerahkan ke-aku-anku demi kebaikan persekutuan dan sesama.

Hidup seorang religius Frater adalah hidup dalam perutusan. Artinya, kita berkomitmen dalam melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya untuk meneruskan karya penyelamatan Allah bagi manusia. Seorang religius dihadapkan pada tanggung jawab untuk secara total melaksanakan tugas perutusan dari pemimpinnya sebab ia terikat pada “tanggung jawab atas”  dan disertai “tanggung jawab kepada”.

Inti perutusan kita adalah ikut mewujudkan kedatangan Kerajaan Allah di dunia ini. Apakah yang dimaksudkan dengan “Kerajaan Allah”? Kerajaan Allah berarti Allah meraja. Kerajaan Allah adalah kehadiran Allah di tengah-tengah umat-Nya. Dalam artian ini, Kerajaan Allah merupakan suatu kerajaan spiritual, bukan kerajaan dalam arti duniawi (Yoh 18:36; Luk 11:20). Keberadaan Kerajaan Allah bersifat batiniah di dalam hati orang-orang yang telah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Menerima Yesus dalam hati berarti kita menghidupi dan mencontohi gaya dan corak hidup Yesus dalam kata-kata dan perbuatan-perbuatan kita sebagai seorang Kristiani sekaligus seorang religius.

Kita sebagai Frater diajak untuk berpartisipasi dalam tugas perutusan universal umat Kristiani dan Gereja, yaitu ikut menghadirkan Kerajaan Allah di dunia. Tanda kehadiran Kerajaan Allah di dunia bisa dilukiskan dalam suasana hidup yang penuh sukacita dan damai karena kita melabuhkan hati kepada Yesus dan kuat tertambat pada kasih-Nya. Damai Yesus menjadi damaiku, lalu menjadi damai kita. Dunia yang penuh sukacita dan damai adalah manifestasi kehadiran Allah di tengah manusia di mana Allah sungguh menjadi poros hidup kita.

Tugas perutusan istimewa kita sebagai religius Frater Bunda Hati Kudus adalah membantu orang muda dalam perkembangannya menuju kedewasaan dan dengan perhatian yang seimbang untuk pandangan hidup mereka. Sejak awal berdirinya, perhatian kongregasi terarah sepenuhnya kepada pendidikan kaum muda yang kurang mendapat perhatian dan miskin.

Bapa Pendiri, Mgr. Andreas Ignatius Schaepman mendirikan kongregasi ini atas dorongan keprihatinan terhadap situasi pendidikan kaum muda Katolik yang dipengaruhi oleh pesatnya perkembangan industri sekaligus gencarnya pendidikan Protestan di Belanda. Inilah tugas khusus yang diwariskan dari generasi ke generasi bahwa Frater Bunda Hati Kudus selalu identik dengan Frater Pengajar atau Frater yang selalu berkecimpung dalam dunia pendidikan kaum muda. Inilah tanggung jawab kita sebagai bentuk pengejawantahan perutusan atau misi kita di dalam Gereja.

Kita bertanggung jawab untuk menghantarkan kaum muda menuju kedewasaannya dalam seluruh dimensi kepribadiaannya dengan memberikan perhatiaan pada pembekalan tentang makna hidup yang mendalam menuju kebahagiaan yang menjadi tujuan akhir dari hidup manusia pada umumnya. Kehadiran seorang Frater di tengah kaum muda haruslah seperti garam dan terang yang memberikan harapan di tengah situasi dunia yang tidak berpengharapan. Inilah misi utama kita sebagai religius Frater untuk membantu kaum muda menemukan makna dalam hidupnya, menjadi dewasa sebagai individu yang seimbang dan memiliki perspektif positif tentang hidup dan masa depan. Ini adalah tanggung jawab mahaberat yang diemban di pundak setiap Frater bahwa kita menjadi agen pembaru hati kaum muda.

Para Saudara terkasih,

Kita diutus untuk menjadi tanda kehadiran Allah di tengah dunia agar karya Allah terwujud dan melaluinya manusia mengalami kasih-Nya. Kita hadir sebagai alat dan pembantu-pembantu-Nya di dunia melalui pilihan bebas kita untuk mengikuti-Nya secara dekat, kita bersedia menjadi abdi Allah di tengah dunia. Menjadi abdi berarti menjadi pelayan bagi sesama agar mereka sungguh merasakan kehadiran Allah melalui pelayanan kasih dan pola hidup kita sebagai religius. Kita patut bertanya diri dari waktu ke waktu, apakah hidupku sungguh menjadi tanda kehadiran Allah di tengah komunitas, sekolah, dan masyarakat? Atau justru kehadiranku menjadi batu sandungan bagi mereka?

Menjadi pembantu-pembantu-Nya berarti kita menjadi perpanjangan tangan kasih Allah di dunia. Ia membutuhkan abdi yang dapat diandalkan, maka formasi diri yang berkelanjutan menjadi kunci utama dalam proses menjadi tanda nyata kehadiran Allah di dunia. Makna kehadiran kita sebagai religius hendaknya sungguh menjiwai orang-orang yang kita layani terutama kaum muda. Ini berarti keberadaan kita sebagai religius Frater sungguh menjadi sukacita bagi sesama.

Para Saudara terkasih,

Kehadiran kita menjadi sungguh-sungguh bernas jika kita membiarkan diri dibimbing oleh Roh Allah yang sudah membimbing Yesus sendiri. Kita seharusnya ingin dibimbing oleh Roh Allah karena kita tidak dapat hidup tanpa bimbingan-Nya. Membimbing atau menuntun berarti menunjuk atau mengarahkan ke jalan yang benar. Kita sebagai religius tidak luput dari kelemahan manusiawi untuk tidak selalu berjalan dalam terang kasih Allah sendiri. Sering kita mencari kecenderungan diri atas nama perutusan, sehingga bukan nama Allah yang dimuliakan, melainkan kepopuleran diri kitalah yang dikejar.

Hendaknya kita bercermin pada Nabi Yeremia, “Aku tahu benar, bahwa manusia tidak mempunyai kuasa untuk menentukan jalannya sendiri. Manusia, yang berjalan, tidak mempunyai kuasa untuk mengarahkan langkahnya” (Yer 10:23). Kita senantiasa membutuhkan kehadiran Roh Allah untuk menuntun dan menjadikan hidup kita menjadi bermakna. Seperti Yesus yang membiarkan diri dituntun oleh Roh Allah, kita pun harus selalu mendekatkan diri kepada-Nya dalam doa agar Roh yang sama membimbing kata dan tingkah kita sebagai religius, sehingga cara pikir dan keputusan kita dalam hidup dan perutusan sungguh adalah kehendak Dia yang memanggil kita sebagai religius Frater. Semoga.

Tim Konstitusi

About fraterbhk

Check Also

Hanya Satu yang Tersisa di Sini

Sisiphus disiksa para dewa karena melanggar suatu kesepakatan. Apa dan bagaimana bentuk hukuman dari pelanggaran …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.